Jumat, 20 September 2024

Sanggar 'Sawunggaling', Wadah Belajar Seni Warga Surabaya

Diunggah pada : 4 September 2024 14:49:57 74
Pemilik Sanggar Sawunggaling, Bachtiar Sutrisno Aji. Foto : Vivin

Jatim Newsroom - Potensi perkembangan dunia seni di Kota Surabaya semakin pesat ditandai dengan adanya beberapa sanggar seni yang berdiri. Seperti sebuah sanggar yang terletak di Jalan Kembang Kuning Nomor 11, Kelurahan Darmo, Kecamatan Wonokromo, Kota Surabaya ini, ada sanggar bernama 'Sawunggaling' yang baru beroperasi tahun 2024, dan bergerak memberikan pembelajaran seni kepada warga lokal maupun masyarakat.

Dalam keterangannya saat dikonfirmasi Jatim Newsroom, pada Rabu (4/9/2024), pemilik sanggar Sawunggaling, Bachtiar Sutrisno Aji menyampaikan, sanggar Sawunggaling adalah suatu wadah sarana yang dibentuk oleh suatu komunitas atau sekumpulan orang untuk melakukan kegiatan pembelajaran seni."Kegiatan yang ada di Sanggar Sawunggaling berupa pembelajaran seni, di antaranya ada Kelas Minggu yang meliputi proses pembelajaran, penciptaan, hingga produksi," jelas Bachtiar.

Lebih lanjut, Bachtiar menerangkan, semua proses pembelajaran seni hampir dilakukan dalam sanggar. "Sebagai contoh apabila menghasilkan karya berupa benda, patung, lukisan, dan lain-lain. Sehingga proses akhirnya adalah pameran," terangnya.

Sanggar Sawunggaling, menurut Bachtiar, termasuk ke dalam jenis pendidikan non formal atau biasa disebut cantrik. "Sawunggaling tidak terbatas di dalam gedung. Selain itu, sistem atau seluruh kegiatan yang terjadi di Sanggar Sawunggaling adalah fleksibel," tukas Bachtiar.

Latar belakang berdirinya sanggar Sawunggaling, diceritakan Bachtiar, awalnya karena banyak pegiat seni yang tidak memiliki wadah atau tempat untuk berkreasi. Sehingga, Ia sediakan media seadanya untuk berseni di Sanggar Sawunggaling dan memberikan sumbangan untuk warga-warga sekitar, warga-warga Surabaya untuk memberikan kelas gratis setiap hari minggu.

"Di Sanggar Sawunggaling ini, ada kelas seni gratis setiap hari minggu. Bedanya dengan sanggar lainnya, karena kalau disini juga bisa untuk pameran, bisa berkarya, bisa untuk tempat cangkruk, kumpul-kumpul, dan sebagainya.Jadi kita buka selebar-lebarnya disini, kita siapkan disini, bisa untuk 24 jam untuk berkarya," ujar Bachtiar.

Pemilik Sanggar Sawunggaling yang diketahui lulusan seni musik ini, menjelaskan, kegiatan di sanggar juga ada seni tari, seni musik, dan seni teater juga. "Kami telah mengadakan pameran seni pertama kami pada 24 sampai 27 Agustus 2024 kemarin. Pameran tersebut sebagai opening juga menunjukkan bahwa ini ada wadah untuk berpameran dan karya-karyanya juga dibuat disini, dikerjakan disini. Terus karya-karya siswa yang disini kita tampilkan juga. Sehingga pameran ini adalah awal untuk menaikkan entusiasme yang berada di sanggar ini," jelas Bachtiar.

Bachtiar mengungkapkan, Sanggar Sawunggaling mulai beroperasi secara masif itu sekitar sudah tiga sampai empat bulan. "Tiga sampai empat bulan yang lalu kita berpikiran untuk membuat sanggar, dan membuka kesempatan selebar-lebarnya untuk para seniman-seniman Surabaya," ungkapnya.

Anak-anak yang belajar seni di Sanggar Sawunggaling. Foto : Vivin

Terkait murid yang belajar di sanggar seni ini, Bachtiar menuturkan, ada sekitar 10-12 murid tetap yang datang. "Usia anak-anak yang ingin belajar di sini, kita cuma memberikan batasan jika di bawah lima tahun itu harus dengan dampingan orang tua. Usia terkecil yang ikut belajar di sini, itu ada yang lima tahun. Selain itu juga ada siswa sanggar yang merupakan anak disabilitas, seperti tunarungu dan tuna wicara," tutur Bachtiar.

Bachtiar mengatakan, dengan berdirinya sanggar Sawunggaling ini, Ia berharap bisa menjadi wadah dan membuka tempat selebar-lebarnya bagi siapapun yang ingin berkegiatan seni."Cuma kita batasan bahwa kalau di bawah lima tahun harus ada pendamping. Kalau dia punya berkebutuhan, juga harus ada pendamping. Kita free di sini, bebas di sini. Seadanya alat di sini, untuk masyarakat sekitar dan Surabaya. Harapannya, semoga sanggar ini bisa menjadi tempat mereka yang ingin terjun ke dunia seni dan menjadi wadah mereka berkreasi," sebutnya.

Sementara itu, seorang seniman atau pegiat seni di Surabaya bernama Roman Chuza mengatakan, hadirnya sanggar Sawunggaling di Kota Surabaya ini diharapkan muncul sebagai tonggak pergerakan dunia seni yang terus berkembang.

"Sanggar Sawunggaling ini Insyaallah, saya maunya kita itu sebagai pegiat seni melalui sanggar ini sebagai tanda pergerakan peduli-peduli sanggar di sini untuk mendorong berkembangnya dunia kesenian di Kota Surabaya," jelasnya.

Roman yang diketahui anak dari Alm. Ach. Chusnan alumni Akademi Seni Rupa Surabaya (Aksera) ini mengatakan, dengan adanya sanggar Sawunggaling semoga muncul penggerak seni yang baru di Kota Surabaya.

"Di sini pergerakan kita, ruang proses di Surabaya, dalam berkegiatan seni. Karena ruang proses di Surabaya itu hanya gedung-gedung kesenian yang sekarang mungkin berbayar. Dengan sanggar ini diharapkan para pelaku seni lebih bebas berkreasi. Yang intinya orang kesenian itu kebersamaan dalam perkesenian itu yang utama, yang diutamakan dan kesederhanaan. Ke depannya agar punya ruang-ruang proses di Surabaya termasuk sanggar-sanggar. Insyaallah ada sanggar-sanggar selanjutnya nanti di sini," ucapnya.

Di sisi lain, hal yang sama juga dikatakan seniman yang bernama Korinto Eranata (ucok) anak dari Alm. A. Pribadi dan juga sebagai alumni AKSERA menilai, bahwa munculnya sanggar Sawunggaling ini juga sebagai tanda pergerakan yang juga didukung dengan rekan-rekan seniman Surabaya. "Saya harap rekan-rekan media juga ikut andil di sini sebagai dokumentasi. Ke depannya mendukung perkembangan seni rupa di Surabaya," pungkas Ucok. (vin/hjr)

#kota Surabaya #Seni #Sanggar