Kamis, 19 September 2024

Pawai Taaruf Kafilah Jatim Memukau Kota Samarinda, Warga Sambut dengan Antusiasme

Diunggah pada : 7 September 2024 10:26:59 103
Mobil hias Kafilah Jatim adalah representasi "Langgar Panggung," atau dikenal juga sebagai Masjid Dhuwur, sebuah tempat peribadatan umat Islam di masa Majapahit.

Jatim Newsroom – Suasana kota Samarinda mendadak meriah dan penuh semangat saat Pawai Taaruf menyambut gelaran Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Nasional ke-XXX berlangsung. Ribuan warga berbondong-bondong memadati jalan-jalan utama untuk menyaksikan iring-iringan mobil hias dari berbagai provinsi yang mengikuti pawai tersebut pada, Sabtu (07/9/2024). Namun, ada satu momen yang paling mencuri perhatian, mobil hias Kafilah Provinsi Jawa Timur (Jatim) dengan tema "Langgar Majapahit" yang menyuguhkan harmonisasi budaya dan nilai-nilai toleransi beragama dari masa kejayaan Kerajaan Majapahit.

 

Warga Samarinda, termasuk banyak warga asal Jawa Timur yang tinggal di kota tersebut, tampak histeris dan penuh sukacita saat mobil hias dari Jatim melintas. Mereka bersorak sorai, melambaikan tangan, dan beberapa di antaranya meneriakkan semangat, "Jatim Juara Umum!" dengan penuh antusias. Tak sedikit pula yang mengucapkan, "Kabare piye rek?" dengan harapan dan doa agar Jawa Timur kembali menorehkan prestasi gemilang di ajang MTQ Nasional kali ini.

 

Salah satu yang paling mencolok dari mobil hias Kafilah Jatim adalah representasi "Langgar Panggung," atau dikenal juga sebagai Masjid Dhuwur, sebuah tempat peribadatan umat Islam di masa Majapahit. Mobil hias tersebut didesain dengan megah, menampilkan detail arsitektur Majapahit yang terkenal dengan perpaduan budaya Jawa dan Arab. Selain sebagai simbol religius, Langgar Panggung juga menggambarkan harmonisasi antarbudaya yang menjadi ciri khas kejayaan Majapahit.

 

Sejarah dan Filosofi Pawai

Tema "Langgar Majapahit" bukanlah pilihan sembarangan. Dalam sejarahnya, Kerajaan Majapahit merupakan imperium terbesar di Nusantara sebelum Indonesia merdeka. Peninggalan-peninggalan Majapahit seperti candi dan masjid bergaya arsitektur khas menjadi bukti kejayaan kerajaan yang dikenal dengan toleransi antarumat beragamanya. Langgar Panggung sendiri adalah salah satu saksi bisu bagaimana harmonisasi antara budaya Jawa dan pengaruh Islam berhasil diwujudkan dalam tatanan kehidupan masyarakat pada masa itu.

 

Selain mobil hias, Kafilah Jatim juga menyuguhkan paduan seni budaya dengan menghadirkan sosok santri yang melantunkan shalawat dan tembang Jawa. Tembang berjudul "Eling-eling Siro Manungso," yang artinya adalah ajakan untuk senantiasa mendekatkan diri kepada Tuhan, menggema dengan lembut di sepanjang pawai, mengingatkan semua orang akan pentingnya moralitas dan keimanan dalam kehidupan sehari-hari. Suara tembang yang berpadu dengan lantunan shalawat ini menambah khidmat dan mendalamnya pesan yang ingin disampaikan Kafilah Jatim, yakni mengangkat nilai-nilai agama dan budaya secara seimbang.

 

Pawai, Simbol Keberagaman

Sebagai simbol religius, Langgar Panggung juga menggambarkan harmonisasi antarbudaya yang menjadi ciri khas kejayaan Majapahit.

Ketua Pelaksana Harian Lembaga Pengembangan Tilawatil Qur'an (LPTQ) Provinsi Jawa Timur, KH. Abdul Hamid Abdullah, menyatakan bahwa tema pawai yang diusung sejalan dengan semangat toleransi dan keberagaman budaya yang menjadi warisan dari era Majapahit. "Kami ingin menunjukkan bahwa sejak dahulu, nilai-nilai toleransi dan kebersamaan sudah menjadi bagian dari kehidupan masyarakat kita, dan ini juga yang menjadi pesan utama dalam MTQ kali ini," ujar KH. Abdul Hamid.

 

KH. Abdul Hamid juga menambahkan bahwa pawai ini bukan sekadar sebuah tontonan, tetapi juga bentuk apresiasi terhadap sejarah dan budaya yang memperkaya kehidupan keagamaan di Nusantara. "Semoga dengan pawai ini, kita semua semakin sadar bahwa keberagaman adalah kekayaan yang harus kita jaga bersama," imbuhnya.

 

Antusiasme Warga Jatim di Samarinda

Tak hanya warga lokal Samarinda yang antusias, warga asal Jawa Timur yang tinggal di Samarinda pun terlihat sangat terlibat dalam pawai ini. Mereka datang dari berbagai sudut kota, mengenakan pakaian khas daerah Jatim, dan berkumpul di sepanjang jalur pawai. Banyak yang mengibarkan bendera kecil Jawa Timur dan menyuarakan harapan besar agar kafilah Jatim mampu meraih prestasi sebagai Juara Umum di MTQ Nasional 2024.

 

"Kami selalu mendoakan agar Jatim kembali juara umum. Semoga semangat toleransi dan keberagaman yang ditampilkan dalam pawai ini bisa menjadi penyemangat bagi semua kafilah," kata Siti, seorang warga asal Surabaya yang kini menetap di Samarinda.

 

Warga lainnya, Budi, yang juga berasal dari Jatim, mengatakan bahwa pawai ini bukan hanya membangkitkan rasa bangga sebagai orang Jawa Timur, tetapi juga rasa cinta terhadap keberagaman budaya Indonesia. "Melihat mobil hias ini, saya seperti dibawa kembali ke masa kejayaan Majapahit. Ini pengingat bahwa kita hidup dalam keberagaman yang indah," ujarnya. (jal/s)

 

 

#MTQ Nasional Kaltim