Sabtu, 20 April 2024

Probolinggo Optimalkan TPPS Kecamatan Melalui Kampung KB

Diunggah pada : 30 September 2022 18:32:16 24
Optimalisasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS)

Jatim Newsroom - Dinas Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak, Pengendalian Penduduk dan Keluarga Berencana (DP3AP2KB) Kabupaten Probolinggo melakukan optimalisasi Tim Percepatan Penurunan Stunting (TPPS) Kecamatan melalui Kampung KB (Keluarga Berencana).

Kepala DP3AP2KB Kabupaten Probolinggo, dr Anang Budi Yoelijanto, Jum’at (30/9/2022), mengatakan, stunting merupakan masalah serius. Sekitar 2-3 persen Pendapatan Domestik Bruto atau PDB hilang per tahun akibat stunting. “Dengan jumlah PDB Indonesia tahun 2020 sekitar Rp 15 ribu triliun maka potensi kerugian akibat stunting akan mencapai Rp 450 triliun,” katanya.

Menurut Anang, stunting ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan fisik, gangguan pertumbuhan organ, sistem kekebalan sehingga rentan sakit. Jika terjadi gangguan pertumbuhan metabolism maka akan terjadi penyakit degeneratif metabolik serta gangguan pertumbuhan otak yang bisa menyebabkan intelegensi dan FS luhur. “Semua ini tentunya akan menjadi beban keluarga dan Negara,” terang Anang melalui pers rilis Diskominfo Probolinggo.

Anang menerangkan, stunting bisa terjadi karena tidak adanya pendampingan kesiapan menikah, pemeriksaan status kesehatan calon pengantin, kurangnya pemenuhan ASI Eksklusif, infeksi dan salah pola asuh atau pola makan. Selain itu akses dan ketersediaan bahan makan serta sanitasi dan kesehatan lingkungan.

“Kalau calon pengantin sehat, maka risiko stunting akan semaki kecil. Idealnya orang menikah itu minimal berusia 19 tahun. Tetapi di BKKBN jika perempuan berusia 21 tahun,” terangnya.

Lebih lanjut Anang menjelaskan, anak stunting separuh banyak lahir dari orang yang berkecukupan. Ini menjadi PR bersama-sama. Sebab jika dibiarkan, maka generasi muda selanjutnya akan lahir tidak sehat dan tidak cerdas. “Ini menjadi tanggung jawab kita bersama-sama untuk terus melakukan pendampingan mulai dari persiapan pernikahan, kelahiran, pola asuh, lingkungan sosialnya hingga masalah jamban,” tegasnya.

Dikatakan Anang, bahwa saat ini sudah terbentuk Tim Pendamping Keluarga Berencana yang terdiri dari PKK, bidan dan tenaga kader KB di masing-masing kecamatan. Tim ini akan mendampingi keluarga sebagai upaya mencegah stunting. Sebab jika orang sudah stunting itu sulit untuk diterapi. Lebih baik dicegah mulai dari calon pengantin pada umur yang cukup, periksa ke puskesmas dan diberi vitamin.

“Diharapkan ke depan ada pertemuan rutin oleh Ketua TPPS Kabupaten Probolinggo bersama Tim Penggerak PKK Kabupaten Probolinggo untuk mengetahui sejauhmana pendampingan yang sudah dilakukan,” harapnya.

Penata Kependudukan dan Keluarga Berencana Ahli Madya, Perwakilan BKKBN Provinsi Jawa Timur, Waluyo Ajeng Lukitowati Luki, menyampaikan, percepatan penurunan stunting di Kabupaten Probolinggo sangat berdampak pada capaian di Jawa Timur. “Kalau di Kabupaten Probolinggo stunting tidak turun, maka secara signifikan tentunya akan berdampak pada penurunan stunting di Jawa Timur,” ungkapnya.

Luki menerangkan, sesuai dengan Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2021 Tentang Percepatan Penurunan Stunting, BKKBN diberi amanah sebagai ketua pelaksana percepatan penurunan stunting. Tetapi BKKBN tidak bisa bekerja sendiri, kalau tidak ada kerja sama dengan semua pihak mulai dari PKK, bidan maupun TNI/Polri.

“Kita ajak semua pihak supaya stunting ini bisa turun. Kolaborasi ini penting dilakukan untuk menurunkan stunting. Kita tidak ingin meninggalkan keturunan yang tidak cerdas dan tidak sehat,” jelasnya.

Menurut Luki, dalam GenRe (Generasi Berencana), generasi muda diajak supaya tidak kawin muda. Sebab dampaknya perceraian yang tinggi prosentasenya di usia muda. Remaja jangan melakukan hubungan seks bebas sebelum menikah. Selain dosa, mereka tidak sehat karena bisa terpapar HIV/Aids sehingga melahirkan anak-anak terpapar HIV/Aids.

“Anak stunting ini bukan hanya karena kurang gizi dan saja, tetapi ada yang berasal dari keluarga yang mampu karena penyakitnya sehingga anak-anak yang dilahirkan tidak gemuk-gemuk. Hal ini harus dalam pengawasan kesehatan mulai dari lingkungan dan kesehatan yang akan berdampak kepada stunting. Jambannya di luar dan sanitasinya kurang baik. Marilah kita sama-sama untuk menurunkan stunting di wilayahnya masing-masing sehingga terbebas dari stunting,” pungkasnya.(ern/s)

#kabupaten probolinggo