Jumat, 29 Maret 2024

Mengulik Desa Devisa Ngubalan dari Pengrajin Akar Jati

Diunggah pada : 28 November 2022 11:39:37 249
Kerajinan Akar Jati di Desa Devisa Ngubalan, Kabupaten Ngawi

Jatim Newsroom – Kabupaten Ngawi merupakan penghasil kayu jati terbesar di Jawa Timur. Salah satu desa di dalamnya yaitu Desa Ngubalan penghasil produk kerajinan akar jati terpilih menjadi salah satu Desa Devisa. 

Pengrajin Akar Jati dari UD. Java Alam Esa Handycraft, Desa Ngubalan, Kabupaten Ngawi, Somo Midi, menerangkan bahwa negara tujuan yang paling menaruh minat terhadap produk ini adalah negara-negara di Eropa, khususnya Jerman, Belanda, dan Belgia. Ada juga ke benua Asia, Australia, dan Amerika. Ia pun menjelaskan kisaran harga dan kuantitas produk kerajinan akar jati yang diekspor.  

“Kalau harga untuk yang kecil-kecil itu ratusan ribu rupiah, tapi untuk yang properti taman berbentuk gajah, kuda, dan lain-lain itu puluhan juta rupiah. Secara kuantitas sebelum pandemi Covid-19 itu setiap minggu bisa sampai 2 container. Tapi karena pandemi itu kita agak menurun, dan terus makin menurun karena ada krisis global, tinggal 20-30 persen dari semula,” ujar Somo. 

Ketika ditanya mengenai jenis produk yang paling diminati, Somo menyebut bentuk pohon cemara atau Christmas. “Ini dipesan rutin setiap akhir tahun. Paling banyak ke Eropa, bisa sampai ribuan. Kalau selain itu tergantung permintaan pembeli. Ada yang sukanya barang-barang kecil, jadi 1 container bisa memuat banyak. Ada juga kayak Meksiko dan Kanada itu sukanya barang-barang besar, seperti patung jerapah, patung gajah, dan properti taman lainnya,” jelasnya. 

Kerajinan akar jati ini menurut Sumo juga memberikan sumbangsih kepada penyerapan tenaga kerja. Ada sekitar 32 IKM di Desa Ngubalan. Satu IKM rata-rata memiliki 5-7 orang tenaga kerja, bahkan ada yang mencapai 100 orang tenaga kerja. 

“Kalau di kampung sini sudah tidak ada yang menganggur. Jadi kami juga mengambil tenaga kerja dari Blora, Bojonegoro, Madiun, dan lain-lain untuk mencukupi kebutuhan tenaga kerja. Porsinya lebih banyak laki-laki, ada yang perempuan itu di bagian finishing dan packaging. Mereka semua banyak yang belajar otodidak dan meningkatkan skill di sini,” tutur Somo. 

Di dalam prosesnya, Somo mengaku didampingi oleh Pemkab Ngawi maupun Pemprov Jatim, berupa peningkatan kualitas produk, kapasitas kelembagaan dan SDM, penyediaan konsultan, hingga promosi dan pemasaran dalam bentuk Communal Branding. 

“Kami dibuatkan website dan media sosial, itu sudah ada adminnya. Promosi digital kami lewat itu. Ada konsultan, ada pendampingan, baik dari Disperindag Kabupaten Ngawi maupun Disperindag Jawa Timur. Ke depan kami berharap pemerintah juga terus mencarikan solusi atas menurunnya jumlah permintaan karena imbas pandemi dan krisis global,” ungkapnya. 

Di lain kesempatan, Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan, dan Tenaga Kerja (Disperindagnaker) Kabupaten Ngawi, Yusuf Rosyadi, menerangkan bahwa dalam mengawal Desa Devisa ini, pihaknya tidak bisa berjalan sendiri. Sinergi dan koordinasi yang baik dengan dinas terkait di Kabupaten Ngawi dan Provinsi Jawa Timur menjadi kunci keberhasilan program Desa Devisa.

“Selalu ada dukungan dari teman-teman dinas terkait lainnya, mulai dari perizinan, penanaman modal, legalitas, dan lain-lain,” imbuhnya.   

Ia pun berharap Desa Devisa bukan hanya berhenti di Desa Ngubalan, melainkan bisa diikuti oleh desa-desa lain di Kabupaten Ngawi. Dengan adanya Desa Devisa, kesejahteraan masyarakat Kabupaten Ngawi diharapkan bisa meningkat. 

“Kami juga berharap ada efek domino dari Desa Devisa. Dengan mengenal kerajinan akar jati, pariwisata juga bisa terangkat. Jadi ketika ada investor atau wisatawan datang ke sini, bisa ada rumah makan, ada rest area, dan lain-lain yang saling mendukung,” pungkas Yusuf. (idc/n)

#desa devisa #Desa Ngubalan #Kabupaten Ngawi #akar jati