Kamis, 25 April 2024

Mahasiswa ITS Gagas Tanaman Bambu untuk Bahan Bakar PLTU

Diunggah pada : 21 Desember 2022 21:48:28 33
(dari kiri) Edwin Juanda Sirait, Mochammad Naufal Hakim, dan Muhammad Dzaky Kamal yang tergabung dalam tim Gryffindor dari Departemen Teknik Elektro ITS

Jatim Newsroom- Turut mendukung komitmen pemerintah dalam mewujudkan Indonesia Net Zero Emission 2060, tiga mahasiswa dari Departemen Teknik Elektro, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) berhasil menggagas inovasi baru. Yakni memanfaatkan potensi tanaman bambu sebagai bahan bakar pengganti batubara di Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU).

Ketiganya adalah Muhammad Dzaky Kamal, Edwin Juanda Sirait, dan Mochammad Naufal Hakim yang tergabung dalam tim Gryffindor. Dengan gagasan inovasi yang dituangkan dalam esai berjudul Potensi Tanaman Bambu sebagai Bahan Bakar Co-Firing dengan Teknologi Torefaksi menuju Indonesia Net Zero Emission 2060, limbah bambu yang banyak ditemukan di masyarakat diubah menjadi bahan bakar biomassa untuk PLTU.

Ketua Tim Gryffindor ITS Muhammad Dzaky Kamal mengungkapkan, diangkatnya inovasi tersebut berawal dari temuannya timnya, yakni bambu memiliki nilai kalor yang hampir sama dengan batu bara. Dengan temuan tersebut, tim Gryffindor memulai riset terkait penggunaan tanaman bambu sebagai bahan bakar Co-Firing pada PLTU.

Co-Firing sendiri merupakan suatu proses penambahan biomassa sebagai bahan bakar pengganti parsial atau bahan campuran batubara untuk PLTU. Melalui penambahan biomassa tersebut diharapkan dapat menjadi solusi akan adanya pemanfaatan energi baru terbarukan. “Selanjutnya, kami mencoba untuk inovasikan biomassa lain yang berasal dari sampah atau limbah,” ungkap mahasiswa yang akrab disapa Dzaky tersebut, Rabu (21/12/2022).

Melalui metode torefaksi, lanjut Dzaky, tim besutan Power System Simulation Laboratory (PSSL) Departemen Teknik Elektro ITS tersebut berhasil menaikkan nilai kalor bambu sebesar 30 persen. Torefaksi merupakan pembakaran biomassa di suhu 200 derajat celcius pada keadaan kedap oksigen. 

Pada tahap torefaksi ini, bambu akan dipanaskan hingga 200 derajat Celsius tersebut kemudian didinginkan. “Dari tahap torefaksi ini, kami dapatkan nilai kalor bambu sebesar 5.300, lebih tinggi dari nilai kalor batu bara yang hanya 5.100,” tambah Dzaky.

Melalui inovasi tersebut, tim Gryffindor ITS telah berhasil meraih Juara III pada Essay and Poster Competition CREATION 2022 yang diselenggarakan oleh Departemen Teknik Kimia, Universitas Diponegoro, beberapa waktu lalu. Pencapaian tersebut juga tak luput dari peran dosen pembimbing tim, Dr Ir Ni Ketut Ariyani MT.

Dengan pencapaian prestasi berskala nasional tersebut, Dzaky berharap agar inovasi ini bisa mendapatkan banyak dukungan untuk proses penyempurnaannya. Sehingga ke depan bisa diterapkan oleh pemerintah dalam penggunaan bahan bakar Co-Firing di PLTU dan dapat mengurangi dampak dari jejak emisi karbon yang ada. (mad/hjr)

#its