Kamis, 28 Maret 2024

Lorichika dari Unair Menuju National Pingtung University of Science and Technology

Diunggah pada : 6 Oktober 2022 7:51:56 56
Lorichika Gustinda Larasati Lulusan S1 Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (Unair) angkatan 2017.

Jatim Newsroom - Belajar ke luar negeri menjadi salah satu impian mahasiswa. Tak terkecuali Lorichika Gustinda Larasati Lulusan S1 Akuakultur Fakultas Perikanan dan Kelautan (FPK) Universitas Airlangga (Unair) angkatan 2017. Kini, ia sedang menjalani program fast track double degree di Indonesia dan Taiwan.

Lori sapaan akrabnya menjelaskan program fast track itu percepatan S1 dan S2 yang dapat ditempuh selama 5 tahun. Lalu double degree saat S2, tahun pertama di Indonesia dan tahun kedua di luar negeri.

Ia memilih S2 jurusan Bioteknologi Perikanan dan Kelautan di Unair dan Biological Science and Technology di National Pingtung University of Science and Technology (NPUST) Taiwan. Perempuan asal Surabaya itu juga tidak kali pertama belajar ke luar negeri. Pasalnya ia kerap terlibat dalam kegiatan skala internasional, seperti halnya intern di Kasetsart University Thailand. Dirinya melakukan mini research dan berhasil publikasi di Institute of Physics (IOP).

 Persiapan Program Double Degree

Dalam prosesnya, ia menjelaskan kualifikasi program double degree yang disediakan FPK Unair meliputi IPK S1, sertifikat kemampuan bahasa (IELTS/TOEFL/CEFR), research plan, CV, paspor dan dokumen-dokumen pendukung lainnya. Selanjutnya, tahap wawancara bersama kepala program studi S2 FPK Unair. Sebelum berangkat ke Taiwan, ia juga menceritakan strateginya.

“Niatnya saya habisin semua mata kuliah (matkul) di Unair, biar waktu di Taiwan saya tinggal fokus research. Tapi disini, saya harus ikut dua mata kuliah lagi, yaitu seminar dan advance molecular biology, sekaligus running tesis,’’ ucapnya, Kamis(6/10/2022).

Selain itu, sebelum pemberangkatan, Lori juga sudah mencari dosen di Taiwan yang memiliki keahlian sesuai topik tesisnya di bidang Immunology udang vaname. “Alhamdulillah keterima di lab Prof. Shao-Yang Hu dari Department of Biological Science and Technology dan co-prof saya, Prof. Liu dari Department of Aquaculture,’’ ungkap mantan asisten praktikum mikrobiologi FPK Unair.

Berkaitan dengan kehidupannya di luar negeri, Lori menyebut banyak mendapat pelajaran hidup. Pasalnya hidup jauh dari keluarga menuntutnya untuk tanggung jawab lebih dengan dirinya sendiri. Belum lagi adaptasi dengan budayanya, seperti tertib memilah sampah hingga menyerahkannya ke truk pengangkut sampah keliling.

Meski demikian, ia sangat bersyukur bisa mendapatkan kesempatan itu. Menurutnya ilmu dari suatu bidang itu bisa dipelajari lewat jurnal atau buku. Akan tetapi pengalaman beradaptasi dan kolaborasi di luar negeri itu tidak dapat dibeli.

Lori menegaskan belajar di luar negeri tidak harus dari keluarga berada. Melainkan mencari tau kerja sama antar kampus dalam dengan luar negeri. Agar bisa mendapatkan rekomendasi.

“Banyak banget beasiswa bertebaran, tapi yah jangan berpatok di beasiswa yang terkenal aja. Sebab saingannya pasti gede juga. Jadi perbanyak research beasiswa di negara/kampus tujuan. Alhamdulillah saya free uang kuliah, penelitian bahkan stipend dari professor,” tutur Lori yang juga mantan duta FPK Unair. (mad/n)

#unair