Jatim Newsroom - Panggilan untuk Ibadah Haji ke Baitulloh mutlak menjadi kekuasaan Illahi Robbi. Setiap insan muslim bermimpi untuk bisa menunaikan Rukun Islam Ke-5 ke Tanah Suci ini, tidak terkecuali bagi Wiwik Ernawati (39 Tahun) perempuan yang berprofesi sebagai Guru Tidak Tetap (GTT). Gelar yang ia sandang sejak 2008 hingga saat ini bakal bertambah gelarnya sebagaimana lazimnya muslimah di Indonesia setelah pulang haji maka dipanggil Hajah.
Wiwik Ernawati Jamaah Haji Kloter 34 asal Dusun Mejero, Desa Jumeneng Kecamatan Mojoanyar Kabupaten Mojokerto ini, menceritakan kisah perjuangannya sebagai seorang guru Sekolah Dasar di daerah Pacet Mojokerto. Pertama mengajar tahun 2008 dengan status guru honorer ini, ia masih ingat mendapat honor 24 ribu setiap bulannya kala itu, hanya tekad dan keikhlasanlah yang membuat ia setia mengabdi mengajar karena untuk mencapai sekolah tempat mengajar memakan waktu 40 menitan dengan naik sepeda motor, tentu cukup jauh.
"Setiap hari, saya harus menempuh sekitar 50 km di daerah pegunungan untuk bisa sampai di tempat saya mengajar, di daerah Pacet," cerita Wiwik Ernawati saat berada di Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) Sukolilo, Rabu (29/6/2022) sore.
Putri dari Penjaga Sekolah SD ini lantas menuturkan, ia daftar haji pada tahun 2011, tepat sebulan setelah melangsungkan pernikahan. Atas kesepakan dengan sang suami, uang amplop pernikahan yang ia dapatkan, ditambah tabungan yang ada, ia gunakan untuk membayar pendaftaran ibadah haji.
"Alhamdulillah, karena tekad saya sudah kuat, dapat uang buwuhan saya gunakan untuk daftar haji," ujar Jamaah Haji yang berangkat sendiri tanpa didampingi suami.
Seiring berjalannya waktu, gaji yang diperoleh Wiwik pun beranjak naik. Meski honor yang ia peroleh masih jauh dari kata cukup, guru yang belum mendapatkan sertifikasi non PNS hingga 14 tahun pengabdiannya ini masih bisa bersyukur.
Menurut Wiwik, menjadi GTT mungkin secara finansial tidak menjanjikan tetapi dia meyakini jika keberkahan dari mengajar salah satunya bisa membawanya ke Baitulloh.
"Kalau dilihat dari sisi untung ruginya, mungkin ndak mau jadi GTT ya, sekarang gajinya 450 ribu sebulan, untuk bensin dan makan pas - pasan, tetapi yang kita lihat adalah keberkahannya," ungkapnya.
Untuk menambah penghasilan, tiap hari membantu mengantar orang tuanya berjualan cecek di pasar.
"Biasanya kami berangkat dari rumah jam 01 dini hari dan pulang ke rumah jam 6 pagi, pagi mengajar, malam membantu orang tua jualan semua saya lakukan dengan ikhlas karena memang hidup butuh perjuangan," tegasnya.
"Teman - teman saya di grup WA GTT sangat bersyukur, seorang GTT seperti saya bisa naik haji, guru - guru sekolah yang PNS juga salut atas keberangkatan saya ini karena banyak dari mereka daftar saja belum," tuturnya. (pno/n)
Tidak ada berita terkait