Jatim Newsroom - Kepala Badan Pusat Statistik Provinsi Jawa Timur (BPS Jatim), Zulkipli menyatakan, total luas panen padi tahun 2024 diperkirakan mencapai 1,62 juta hektare atau mengalami penurunan sebesar 0,08 juta hektare (4,82 persen) dibanding tahun 2023.
"Total luas panen padi tahun 2024, alami penurunan sekitar 0,08 juta hektare atau setara dengan 4,82 persen dibanding tahun 2023. Sedangkan untuk luas panen subround I pada Januari sampai April 2024, mengalami penurunan sebesar 0,10 juta hektare, diikuti kenaikan di subround II dan juga potensi kebaikan di subround III masing - masing sebesar 0,01 hektare," jelas Zulkipli, saat konferensi pers di Lt.2, Ruang Vicon, Kantor BPS Jatim Surabaya, Jumat (1/11/2024).
Zulkipli menjelaskan, luas panen dan produksi padi di Provinsi Jawa Timur pada tahun 2024, melalui proses perhitungan produkso padi dan beras. Bahwa, produksi padi dihitung dengan metode yang mengintegrasikan dua sistem pengumpulan data.
"Metode tersebut ialah, luas panen yang diukur berapa hektare dikalikan dengan jumlah produktivitas panen sebesar berapa ton ataupun hektare. Sehingga didapatkan jumlah produksi yang diukur dengan kisaran ton," jelas Zulkipli.
"Luas panen dihitung dengan metode Kerangka Sampel Area atau disingkat KSA, produktivitas diukur dengan metode ubinan. Dan produksi diukur dengan konversi gabah menjadi beras untuk pangan penduduk," sambung Zulkipli.
Total produksi padi, disebutkan Zulkipli, pada tahun 2024 diperkirakan mencapai 9,23 juta ton atau mengalami penurunan sebesar 0,48 juta ton (4,99 persen) dibanding 2023.
"Produksi padi subround I pada Januari-April 2024 mengalami penurunan sebesar 0,55 juta ton, diikuti kenaikan di subround II dan juga potensi kenaikan di subround III masing-masing sebesar 0,04 juta ton dan 0,03 juta ton," papar Zulkipli.
Sedangkan untuk produksi beras padi pada tahun 2024, Zulkipli mengungkapkan, diperkirakan mencapai 5,33 juta ton atau mengalami penurunan sebesar 0,28 juta ton (4,99 persen) dibanding tahun 2023.
"Produksi beras subround I pada Januari sampai April 2024 mengalami penurunan sebesar 0,32 juta ton diikuti kenaikan di subround II dan juga potensi kenaikan di subround III masing-masing sebesar 0,02 juta ton," ungkap Zulkipli.
Zulkipli mengatakan, realisasi panen padi sepanjang Januari−September 2024 sebesar 1,41 juta hektare, hal tersebut berarti lahan panen di Provinsi Jawa Timur mengalami penurunan sekitar 72,89 ribu hektare (4,92 persen) dibandingkan Januari−September 2023 yang mencapai 1,48 juta hektare.
"Sementara itu, potensi luas panen padi pada Oktober-Desember 2024 diperkirakan sekitar 208,48 ribu hektare," ujarnya.
Produksi padi di Provinsi Jawa Timur sepanjang Januari−September 2024, Zulkipli menyebutkan, diperkirakan sebesar 7,95 juta ton GKG, atau mengalami penurunan sekitar 406,10 ribu ton GKG (4,86 persen) dibandingkan Januari−September 2023 yang sebesar 8,36 juta ton GKG.
"Berdasarkan amatan fase tumbuh padi, hasil survei KSA September 2024, potensi produksi padi sepanjang Oktober−Desember 2024 ialah sebesar 1,27 juta ton GKG," sebut Zulkipli.
Dengan demikian, Ia menerangkan, total produksi padi pada 2024 diperkirakan sebesar 9,23 juta ton GKG, atau mengalami penurunan sebanyak 484,32 ribu ton GKG (4,99 persen) dibandingkan 2023 yang sebesar 9,71 juta ton GKG.
Produksi padi tertinggi pada 2023 terjadi di bulan Maret, sedangkan 2024 terjadi di bulan April. Sementara produksi padi terendah pada 2024 terjadi di bulan Januari. Produksi padi pada April 2024 yaitu sebesar 2,14 juta ton GKG, sedangkan produksi padi pada Januari 2024 sebesar 277,04 ribu ton GKG," terang Zulkipli.
Dengan begitu, Zulkipli menyimpulkan, selama tahun 2024 ini, ada tiga kabupaten/kota dengan total produksi padi (GKG) tertinggi di Jawa Timur. Yaitu, Kabupaten Lamongan, Kabupaten Ngawi, dan Kabupaten Bojonegoro.
"Sementara itu, tiga kabupaten/kota dengan produksi padi terendah yaitu Kota Mojokerto, Kota Blitar, dan Kota Batu," pungkasnya. (vin/s)