Jatim Newsroom - Di usia yang mendekati masa pensiun, Drs. Samsul tetap berkarya dan mengukir prestasi gemilang. Pria yang dikenal dengan panggilan akrab “Mbah” di kalangan kaligrafer muda ini kembali menorehkan prestasi dalam Musabaqah Tilawatil Quran (MTQ) Korpri VII di Palangka Raya, Kalimantan Tengah.
Meski usianya sudah lebih dari 59 tahun, langkahnya tak pernah surut dalam dunia kaligrafi. Bahkan, beliau berhasil meraih Juara 1 dalam cabang Khat Al-Qur’an Dekorasi Pria, menyisihkan pesaing-pesaing dari seluruh Indonesia.
Sejak muda, Mbah Samsul telah jatuh cinta pada keindahan khat Arab. Kecintaannya pada kaligrafi dimulai dari langkah sederhana, belajar secara otodidak tanpa bimbingan khusus. Baginya, menulis khat adalah perjalanan yang penuh rasa, sebuah karya yang lahir dari ketulusan hati. Sebagai bukti dedikasinya, Mbah Samsul bahkan sempat menjadi hakim dalam lomba kaligrafi tingkat nasional, sebuah pencapaian yang luar biasa bagi seorang yang awalnya belajar sendiri.
Semasa pandemi COVID-19, ketika dunia dibatasi oleh dinding-dinding rumah, Mbah Samsul justru menemukan ruang baru untuk berkarya. Dalam keheningan dan keterbatasan, ia menuntaskan salah satu impian besarnya, menulis seluruh mushaf Al-Qur’an sebanyak 30 juz. Karyanya yang ia beri nama *Al-Mushaf Al-Indunisy Al-Qiyasi* menjadi simbol ketekunan seorang seniman yang tak pernah berhenti mengguratkan keindahan meski dalam kesendirian.
Di MTQ Korpri VII ini, Mbah Samsul memutuskan ‘turun gunung’ sekali lagi. Dengan semangat yang sama, ia ingin kembali berkontribusi dalam ajang yang digelar khusus bagi para Aparatur Sipil Negara (ASN) dari seluruh Indonesia. Meski fisiknya tak lagi sekuat dulu dan kerap kali didera nyeri kaki, ia tetap bertahan. Tak tanggung-tanggung, ia menempuh pertandingan panjang selama delapan jam penuh, sebuah usaha yang akhirnya membawanya hingga ke babak final. Semangatnya tak lekang oleh usia, dan semangat itu akhirnya terbayar lunas malam ini, 9 November 2024, jelang peringatan Hari Pahlawan.
Atas prestasinya, Drs. Samsul mendapatkan hadiah 20 juta rupiah serta kesempatan untuk menunaikan ibadah umrah. Kebahagiaan terpancar dari wajahnya, namun ia tetap rendah hati. Saat ditemui seusai menerima penghargaan, ia hanya berkata, “Sesungguhnya khat Arab itu sudah indah. Meski tanpa zukhruf atau hiasan, struktur khat Arab itu artistik bahkan memiliki makna yang dalam bagi seorang seniman kaligrafi dan khattath.”
Ketika ditanya sampai kapan ia akan terus menulis, jawabannya sederhana namun penuh makna, “Sampai tanganku tak bisa lagi menulis.” Jawaban itu mencerminkan ketulusan dan kecintaannya yang begitu dalam pada kaligrafi, seolah tak ada batas akhir bagi dedikasinya.
Selamat, Mbah Samsul, atas pencapaian yang begitu indah di ujung senja. (jal/s)
Tidak ada berita terkait