Jatim Newsroom - Memperingati Hari Santri Nasional tahun 2022 di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Sabtu (22/10/2022), Gubernur Jatim Khofifah Indar Parawansa membagikan bonus pada Kafilah Jatim yang meraih Juara Umum pada MTQ Nasional Ke-XXIX di Kalimantan Selatan.
Bonus diberikan pada semua Kafilah Jatim, meliputi Juara 1 senilai Rp 50 juta, Juara 2 senilai Rp 40 juta dan Juara 3 senilai Rp 30 juta. Sementara untuk Juara Harapan 1, 2 dan 3 masing-masing Rp masing-masing 5 juta. Sementara bagi peserta Kafilah yang tidak meraih juara juga diberikan bonus senilai Rp 2 juta.
Saat upacara, Gubernur Khofifah dalam sambutannya membacakan pidato Menteri Agama RI mengatakan, Presiden Joko Widodo melalui Keppres Nomor 22 tahun 2015 telah menetapkan tanggal 22 Oktober sebagai Hari Santri. Penetapan tanggal 22 Oktober merujuk pada tercetusnya resolusi jihad yang bersifat kewajiban berjihat demi mempertahankan kemerdekaan Indonesia. Resolusi diyakini kemudian melahirkan peristiwa heroik tanggal 10 November 1945, yang kemudian diperingati sebagai Hari Pahlawan.
"Sejak ditetapkan pada tahun 2015, kita pada setiap tahunnya selalu rutin menyelenggarakan peringatan Hari Santri dengan tema yang berbeda. Tahun 2022 ini peringatan Hari Santri mengangkat tema Berdaya Menjaga Martabat Kemanusiaan.
Dikatakannya, maksud tema berdaya menjaga martabat kemanusiaan adalah bahwa santri dalam sejarahnya selalu terlibat aktif dalam setiap fase perjalanan Indonesia ketika Indonesia memanggil. Santri tidak pernah mengatakan tidak, santri dengan berbagai latar belakangnya siap sedia menjelma pastikan hidupnya untuk bangsa dan negara.
Diceritakannya, dulu ketika Indonesia masih dijajah, para santri turun ke medan laga berperang melawan penjajah menggunakan senjata bambu runcing yang terlebih dahulu telah didoakan oleh para Kyai, terutama kalau di Surabaya para kyai-kyai dari Sidosermo. Perannya luar biasa, mereka tidak gentar melawan musuh di Surabaya.
Resolusi jihad yang digelorakan oleh KH Hasyim Asy'ari membaca semangat pemuda-pemuda Surabaya melawan Belanda. Di Semarang ketika terjadi pertempuran lima hari, para santri yang turut berada di bagian depan perjuangan di tempat lainnya juga sama, santri selalu terlibat aktif dalam peperangan melawan penjajah.
Pada Masa ketika Indonesia sudah memproklamirkan diri sebagai negara merdeka, santri juga tidak absen. KH Wahid Hasyim ayah dari KH Abdurrahman Wahid, adalah salah satu santri yang terlibat secara aktif dalam pemerintahan di sela-sela kemerdekaan terutama pada awal-awal kemerdekaan.
"Beliaulah bersama santri-santri dan tokoh-tokoh agama lainnnya memperjuangkan di antara agama-agama lainn di Indonesia," katanya. (jal/hjr)