Selasa, 5 November 2024

Doktor ITS Kembangkan Metode Pengambilan Keputusan Berbasis AI

Diunggah pada : 16 Agustus 2024 17:33:23 58
Dr Feby Artwodini Muqtadiroh ketika memaparkan disertasinya terkait sistem pemeringkatan wilayah terkontrol menggunakan metode Fuzzy TOPSIS dengan penilaian sosial berbasis USG

Jatim Newsroom- Penetapan kebijakan belajar dari rumah selama masa pandemi Covid-19 yang berjalan cukup lama menyebabkan terjadinya penurunan kualitas pendidikan. Berangkat dari masalah tersebut, doktor baru lulusan Departemen Teknik Elektro Institut Teknologi Sepuluh Nopember (DTE ITS) menggagas sistem pemeringkatan berbasis kecerdasan buatan (AI) dan penilaian skor guna mendapatkan hasil akurat pembukaan sekolah secara aman di masa pandemi Covid-19.

 

Pada Sidang Terbuka Promosi Doktor Baru DTE ITS, Senin lalu, Dr Feby Artwodini Muqtadiroh menjelaskan bahwa diperlukan panduan yang tepat dan tegas terkait pembukaan sekolah di tengah masa genting seperti pandemi Covid-19. Feby menilai strategi pembukaan sekolah berdasarkan kondisi suatu kota kala itu justru dapat meningkatkan resiko penyebaran virus. “Maka perlu adanya panduan yang lebih jelas dan detail terkait masalah ini,” terangnya, dalam rilis ITS, Jumat (16/8/2024).

 

Lebih lanjut, Feby mengungkapkan sumber data dan informasi serta peraturan pemerintah terkait kondisi penyebaran Covid-19 dinilai cukup untuk menjadi dasar pembuatan kebijakan yang lebih efisien. “Keputusan pembukaan sekolah berdasarkan penilaian tingkat kelurahan akan lebih efektif karena kondisi penyebaran Covid-19 yang unik dan lebih akurat,” ungkap Dosen Departemen Sistem Informasi ITS tersebut.

 

Menjawab tantangan ini, Feby mengaplikasikan teknik pemeringkatan Fuzzy Technique for Order of Preference by Similarity to the Ideal Solution (Fuzzy TOPSIS) berbasis kecerdasan buatan untuk menentukan pembukaan sekolah berdasarkan data kondisi penyebaran Covid-19. “Penelitian ini bertujuan untuk menghadirkan pendekatan pengambilan keputusan baru dengan mengurutkan peringkat wilayah yang dapat dipertanggungjawabkan,” papar wanita kelahiran tahun 1983 ini.

 

Uniknya, pembobotan teknik Fuzzy TOPSIS yang dilakukan oleh wanita kelahiran Jember ini melibatkan penilaian sosial dari pakar epidemiologi terhadap beberapa kriteria pendukung. Di antaranya adalah Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia (KMK RI) tahun 2020 dan Panduan Gugus Tugas Penanganan Covid-19. Pembobotan ini dioptimalkan dengan penggunaan teknik penilaian berbasis skor Urgency, Seriousness, Growth (USG) untuk merefleksikan pendapat ahli dalam bentuk bilangan fuzzy. 

 

Selanjutnya, Feby melakukan klasterisasi untuk memudahkan pengelompokan wilayah kelurahan dengan memanfaatkan data kasus harian Covid-19, luas wilayah, dan data sekolah dari 154 kelurahan dan 1466 sekolah di Kota Surabaya. “Klasterisasi dilakukan untuk mendapatkan kelompok wilayah dengan kondisi penyebaran Covid-19 yang sama,” ujar alumnus S1 Teknik Informatika ITS ini.

 

Langkah berikutnya, bilangan fuzzy pada setiap kriteria akan dinormalisasikan dengan klaster penyebaran Covid-19 untuk menentukan jarak terhadap solusi ideal positif dan negatif. Terakhir, Feby turut aplikasikan perhitungan closeness coefficient terhadap data normalisasi untuk mendapatkan nilai dan peringkat wilayah yang memiliki kondisi terkontrol. 

 

Berdasarkan serangkaian tahap pemeringkatan yang dilalui, penelitian berjudul Pengambilan Keputusan Pembukaan Sekolah di Masa Pandemi dengan Pemeringkatan Wilayah Berbasis Kecerdasan Buatan ini berhasil menunjukan hasil yang positif. Dengan mempertimbangkan urgensi, keseriusan, dan perkembangan masalah dihasilkan peringkat akurat yang dapat menjadi landasan pembuatan kebijakan.

 

Penelitian yang dilakukan Feby terbukti akurat 99,47% dalam menentukan pembukaan sekolah yang aman di masa pandemi Covid-19. Tidak hanya itu, penelitian ini juga berhasil menunjukkan keunggulan dalam menangani kompleksitas dan ketidakpastian yang tinggi. “Ke depannya metode pendekatan ini juga dapat digunakan untuk pemecahan masalah lain yang memerlukan pemeringkatan sains berdasarkan penilaian sosial,” tutup Feby. (mad)

 

#its