Di triwulan ke-2/2009, diprediksikan ekonomi Jatim dapat tumbuh positif. Meskipun perekonomian masih melambat akibat krisis global yang tengah terjadi di tingkat nasional maupun Jatim, namun ekonomi Jatim masih tumbuh positif 4,48% di Triwulan ke-1 dan diprediksi tumbuh 4,73% di Triwulan ke-2.Deputi Pemimpin Bank Indonesia Surabaya, Wibisono SE MSc saat mengisi acara Seminar Kajian Ekonomi Regional (KER) Jatim dan Hasil Penelitian KBI Surabaya di Kantor Bank Indonesia, Kamis (25/6) menyampaikan bahwa perkembangan ekonomi terkini Jatim menunjukkan sisi positif. Hal ini dapat dilihat dari tetap tumbuhnya sektor-sektor andalan (PHR, Industri, dan pertanian) meskipun terjadi penurunan kinerja di akhir tahun akibat krisis global. Namun, ketiga sektor tersebut diprediksi akan sedikit membaik pada triwulan ke II 2009. Hal lain yang mempengaruhi pertumbuhan ekonomi Jatim adalah titik inflasi 2009 diproyeksikan lebih rendah daripada 2008. Pada 2009, proyeksi inflasi nasional adalah 5-7% dan Jatim sebesar 4,5%-5,5%. Pengurang inflasi 2009 antara lain, dampak lanjutan penurunan harga BBM, daya beli masyarakat turun dan kecukupan supply bahan pangan. Sedangkan pendorong terjadinya inflasi antara lain, konsumsi masyarakat yang masih tinggi, distorsi pada proses distribusi barang/jasa, ekspektasi masyarakat, dan tata niaga yang belum efisien (peran pedagang besar signifikan). Hingga bulan Mei ini, penurunan tekanan inflasi terus berlanjut, bahkan terjadi deflasi di bulan Januari, April dan Mei. Penyumbang inflasi terbesar adalah volatile food (50%), dan adm-price goods seperti BBM dan elpiji (26%). Mei ini, Jatim mengalami deflasi sebesar 0,07% (mtm), sedangkan nasional inflasi sebesar 0,04% (mtm). Secara tahunan, inflasi Jatim pada Mei 2009 sebesar 5,77% (yoy), lebih rendah dibandingkan nasional yang sebesar 6,04%(yoy).Namun masih ada beberapa hal yang membuat ekonomi Jatim sulit untuk beranjak naik, di antaranya investasi menurun tajam, pengusaha cenderung “wait and see†menyikapi krisis global maupun dinamika politik Indonesia. Pengeluaran pemerintah masih lambat di awal tahun, seperti pola di tahun-tahun sebelumnya, masih banyaknya dana yang tersimpan di perbankan. Perdagangan ke Luar Negeri menurun tajam akibat dampak krisis global pula. Suku bunga kredit bank di Jatim tidak banyak berubah akibat masih tingginya cost of fund, penyaluran kredit masih lemah.Sementara itu, Kabag Perdagangan dan Perindustrian Biro Perekonomian Setdaprov Jatim, Chalis Yudo S mengatakan bahwa UMKM dapat menjadi salah satu sector yang dapat meningkatkan perekonomian Jatim. Dengan bekerjasama antara lembaga ekspor dan UMKM, diharapkan mampu mengembangkan pasar hingga go internasional dan terus meningkatkan komoditas ekspornya.Kendala yang dihadapi UMKM secara global adalah bagaimana menjangkau pasar. Untuk itu, perlu adanya konsultan guna menjembatani antara UMKM dengan pihak buyer.
Tidak ada berita terkait