Minggu, 6 Oktober 2024

AIR LAUT PASANG, TAK BERDAMPAK PADA PROYEK JALAN RAYA GRESIK-SURABAYA

Diunggah pada : 25 Juni 2009 14:23:19 36
thumb

Banjir yang terjadi akibat meluapnya air laut pasang di beberapa kawasan permukiman di wilayah Surabaya utara ternyata tidak berdampak terhadap proyek pembangunan dan pelebaran Jalan Raya Surabaya-Gresik. Di wilayah tersebut, air laut meluap sehingga merendamkan beberapa kawasan, yakni Greges, Moro Krembangan, Kalianak Barat, Kalianak Timur dan Margomulyo. Pejabat Pembuat Komitman Proyek Pembangunan Jalan Raya Gresik-Surabaya, Dinas Pekerjaan Umum Bina Marga, Ir Sutoyo di kantornya, Kamis (25/6) mengatakan, meski air laut yang meluap itu tidak hanya merendam jalan di pemukiman warga. Namun terhadap proyek pelebaran Jalan Kalianak sama sekali tidak terganggu, karena saat ini tidak kegiatan pengaspalan. Banjir yang merendam beberapa kawasan permukinan, ketinggiannya persis setinggi lutut hingga betis. Banjir tersebut yang diakibatkan meluapnya air laut di beberapa kawasan tidak sama, baik ketinggian atau waktunya. Di kawasan Moro Krembangan, Kalianak Barat dan Kalianak Timur, banjir datang mulai pukul 06.00 WIB. Namun di atas pukul 10.00 WIB banjir mulai surut. Sedangkan di kawasan Margomulyo dan Greges, air masih menggenang hingga setinggi 30 cm. Namun Sulastri mengaku meski banjir di Moro Krembangan surut, tapi luapan air laut kembali membanjiri pemukiman di pagi harinya lagi. Lebih lanjut Sutoyo mengatakan, kegiatan fisik proyek pembangunan dan pelebaran pada Jalan Raya Gresik-Surabaya saat ini hanya mengerjakan ogater atau saluran di pinggir jalan. ”Banjir yang terjadi kali ini, keberadaan saluran tersebut cukup bermanfaat untuk mengurangi genangan di jalan,” katanya. Dalam proyek pelebaran tersebut, saat ini pelaksana proyek tengah berkonsentrasi dalam kegiatan pembebasan lahan. Total luas lahan yang dibutuhkan pada proyek tersebut 64.890 m², hingga kini lahan yang sudah terbebaskan sekitar 8.707,45 m² dan sisa lahan yang belum terbebaskan 55.782,55 m². Lahan yang sudah terbebaskan tersebut berupa tambak yang nilai pembebasannya sekitar Rp 5,550.231.366.Lahan-lahan yang terbebaskan tersebut termasuk paket proyek tahap II. Sebenarnya, pada tahap tersebut proyek pelebaran jalan dan jembatan ditargetkan sudah selesai pada akhir tahun ini. ”Namun karena lambatnya pembebasan lahan serta dana yang tersedia sangat minim, penyelesaian proyek akhirnya molor,” katanya. Tahun ini, alokasi dana yang dipenuhi pemerintah pusat untuk proyek tersebut senilai Rp 54 miliar. Dana tersebut lebih kecil dari permohonan yang mencapai Rp 70 miliar. Adanya pemotongan anggaran tersebut karena menyesuaikan dengan progres pembebasan lahan, serta penghematan anggaran belanja.Mengacu Nilai Jual Objek Pajak (NJOP), harga lahan di sepanjang jalan yang di lintasi proyek tersebut berkisar Rp 400.000-600.000 per meter persegi. Namun setelah pemerintah melakukan musyawarah dengan warga pemilik lahan dan mengacu penilaian Tim Appricial, akhirnya harga jual tanah disetujui dan ditetapkan berkisar Rp 750.000-800.000/m².Hingga saat ini, progres fisik pembangunan jalan tersebut sudah lebih dari 60%. Dengan progres itu, pelaksana proyek tetap yakin proyek akan selesai hingga tahun 2010 dengan catatan pembebasan lahan lancar dan tidak menghadapi kendala yang rumit.Jalan Raya Gresik-Surabaya merupakan jalan nasional kota dan sangat penting bagi peningkatan ekonomi kedua kota tersebut. Ruas jalan tersebut berada di kawasan pergudangan dan areal industri yang menghubungkan dua pelabuhan besar, yakni Pelabuhan Tanjung Perak di Surabaya dan Pelabuhan Gresik. Mobilitas jumlah kendaraan yang melintasi juga sudah sangat padat. Karena banyakya peristiwa kecelakaan dan merenggut banyak korban jiwa di sepanjang jalan tersebut, sebagian masyarakat menyebutnya sebagai jalan maut.Panjang jalan tersebut 11,590 km dengan lebar rata-rata 7 m dengan 2 lajur. Rencananya, jalan tersebut diperlebar menjadi 4 lajur atau 2x (2 x 3,5 m) dengan median jalan 2 m dan bahu jalan diperkeras 2m. Kebutuhan lahan dalam pelebaran jalan itu seluas 6 ha.Sebelumnya, pembangunan jalan tersebut direncanakan dilakukan dua tahap, yakni tahap I tahun 2006-2008 dan tahap II tahun 2008-2010. Untuk tahap I, pemerintah telah memenuhi kebutuhan anggaran Rp 57.585.757.000. karena pada tahap II proyek terlihat molor, maka pada tahun 2010 kembali pemerintah menambah tahap III.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait