Jumat, 29 Maret 2024

Serap Tenaga Kerja, BAZNAS Kembangkan Industri Batik dan Tenun

Diunggah pada : 15 Desember 2018 14:58:48 8

Jatim Newsroom - Badan Amil Zakat Nasional (BAZNAS) mengembangkan industri kain tradisional dengan memberdayakan para mustahik melalui Rumah Batik dan Tenun Indonesia. Hal ini juga sebagai langkah untuk ikut membantu pemerintah menyerap tenaga kerja.

Saat ini, terdapat tiga wilayah di Indonesia yang program pemberdayaanya sudah berjalan, yakni di Tuban Jawa Timur, Kabupaten Ende Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) dan Sambas Provinsi Kalimantan Barat.

Direktur Pendistribusian dan Pendayagunaan BAZNAS, Moh Nasir Tajang, saat Talkshow di panggung promosi ISEF 2018 di Grend City, Surabaya, Sabtu (15/12) mengatakan, ke depannya, program pemberdayaan ini akan terus diperluas ke berbagai wilayah di Indonesia sehingga bisa lebih banyak para mustahik yang diberdayakan dan menyerap banyak tenaga kerja.

“Dengan begitu BAZNAS berharap program Rumah Batik dan Tenun Indonesia bisa meningkatkan kesejahteraan masyarakat yang masih berada pada garis kemiskinan. Tujuan pengentasan kemiskinan juga bisa terwujud," katanya.

Ia menambahkan, Rumah Batik dan Tenun Indonesia menerapkan Eco Fashion dalam produksinya. Bahan-bahan yang digunakan untuk memproduksi kain ramah lingkungan dan berasal dari alam. Dalam pewarna kain, bahan yang digunakan adalah kunyit, indigo dan kulit kayu, dan ini membuatnya memiliki nilai lebih dalam khasanah fashion tradisional. "Program pemberdayaan yang dilakukan oleh BAZNAS meliputi bantuan dan pendampingan pada tiga aspek penting usaha yakni modal, produksi dan pemasaran," katanya.

Nasir menjelaskan, di Desa Sumurgung, Tuban, pembedayaan dilakukan kepada para ibu-ibu pengrajin batik dengan potensi penerima manfaat sebanyak 22KK atau 103 jiwa. BAZNAS mendorong para pengrajin lebih mandiri dengan melakukan pelatihan-pelatihan, seperti membatik tulis menggunakan canting, pengenalan motif dan membuat pola, pembuatan pewarna alam dari tanaman indigo dan tinggi serta pengenalan motif khas Sumurgunung.

Sementara itu, di Kabupatenn Ende NTT merupakan daerah wisata yang terkenal dengan kain tenunnya, namun hingga saal ini masih banyak pengrajin tenun yang hidup di bawah garis kemiskinan. BAZNAS kemudian melakukan pemberdayaan kepada 'mama-mama' pengrajin kain di salah satu desa wilayah Ende, yaitu desa Mbuliloo dengan penerima manfaat sebanyak 23 KK/109 jiwa.

a menambahkan, wilayah terakhir yang dilakukan pemberdayaan kain tradisional ialah di Desa Jirak, Kecamatan Sajad, Kabupaten Sambas, Provinsi Kalimaman Barat, BAZNAS membantu dan mendampingi 20KK atau 94 jiwa untuk dapat mandiri dan memiliki usaha tenun sendiri. "BAZNAS telah melakukan pendampingan, dan masyarakat yang awalnya hanya memperoleh upah Rp200 ribu per kain, kini mendapatkan penghasilan Rp l juta tiap kain. Dalam sebulan, para perajin dapat menghasilkan dua lembar kain songket," katanya.

Nasir mengatakan, BAZNAS juga memamerkan hasil kerajinan kain para mustahik dari Rumah Batik dan Tenun Indonesia ini pada acara fashion show. Indonesia Sharia Economic Fair (ISEF) yang diselenggarakan di Surabaya pada 11-15 Desember 2018 menjadi wadah pengenalan hasil karya para mustahik ke publik.

Sebelumnya, sebanyak 20 kain karya perajin dari Tuban dan Ende binaan BAZNAS juga ditampilkan oleh model profesional dalam sesi fashion show di acara Ecofashion Week. Keikutsertaan hasil karya mustahik dalam acara pameran-pameran menjadi salah satu upaya BAZNAS untuk mengangkat ke level pemasaran nasional, bahkan internasional.

"Dengan partisipasi dalam acara seperti ini, BAZNAS berharap para pengrajin bisa lebih bersemangat, dan bisa bermitra dengan jaringan profesional yang lebih luas, sehingga tentu kesejahteraan dapat dicapai para pengrajin," pungkas Nasir. (ryo/s) 

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait