Sabtu, 20 April 2024

Kepala Staf Kepresidenan : Lingkungan Masjid dan Pesantren Bernilai Strategis Bangun Karakter Bangsa

Diunggah pada : 21 April 2018 23:27:22 0

Jatim Newsroom-Kepala Staf Kepresidenan RI, Jenderal TNI (Purn) Moeldoko, menyatakan bahwa lingkungan di masjid dan pesantren memiliki nilai sangat strategis dalam membangun karakter bangsa. 
 
“Saya punya keyakinan penuh, anak yang tinggal di lingkungan asrama, masjid dan pesantren, mereka telah mendapatkan character building dari para seniornya dan guru ngajinya. Masjid dan pesantren memiliki nilai sangat strategis membangun karakter bangsa. Masjid jangan digunakan untuk kepentingan-kepentingan lain, apalagi untuk kepentingan politik. Ini tidak sehat dan tidak bagus ke depannya," tegasnya.  
 
Moeldoko yang menjadi Keynote Speaker sekaligus membuka acara Seminar Nasional Pancasila bertema Pembudayaan Pancasila pada Era Generasi Milenial yang digelar DPW LDII Jatim menyebutkan melalui Seminar ini pembangunan karakter anak muda zaman now bisa disampaikan. 
 
"Saya pikir dunia saat ini sedang menghadapi situasi yang begitu cepat perubahannya, penuh dengan jebakan dan risiko. Kompleksitasnya luar biasa dan sering mengejutkan. Lingkungan ini perlu disikapi dengan baik oleh anak muda. Bagaimana menyiapkan diri dengan baik. Tidak cukup dengan kemampuan, skill dan keahliannya. Tapi pembangunan karakter juga disiapkan," tegas Moeldoko kepada wartawan, Sabtu (21/4)  
 
Oleh karena itu, katanya, dirinya juga senang mengikuti acara yang berhubungan dengan pondok pesantren. Masjid, langgar, surau, pesantren karena memiliki pondasi yang kuat untuk membangun karakter yang kuat. Pancasila adalah perbuatan. Contohnya, tidak banyak bicara, tapi lakukan kerja nyata yang banyak. Sebaik-baiknya manusia adalah yang memiliki value yang positif. “Saya harap LDII memiliki value yang positif dan berpengaruh positif pada lingkungan di manapun berada," jelasnya.  
 
Ketua DPW LDII Jawa Timur, Amien Adhy berpandangan keakraban generasi milenial dengan dunia internet dan sosial media, menjadikan mereka sebagai warga dunia tanpa batasan ideologi dan teritorial. "Tanpa bimbingan, mereka bisa memaknai budaya barat merupakan sesuatu modern, lalu muncul anggapan nilai-nilai bangsa menjadi sesuatu yang konservatif atau kuno. Ini yang bahaya dan harus dicegah bersama," ujarnya. 
 
Lalu muncul kekhawatiran, mengenai kian menjauhnya generasi milenial dari nilai-nilai Pancasila yang selama 73 tahun menjadi perekat bangsa. LDII memandang nilai-nilai Pancasila mampu menyatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari 1.340 suku bangsa (BPS, 2010), berbagai agama, dan ras. "Para pendiri bangsa ini membuat Pancasila yang digali dari nilai-nilai luhur bangsa dari Sabang hingga Merauke, inilah yang menjadi perekat bangsa Indonesia," pungkasnya. 
 
Seminar nasional ini merupakan upaya mencari berbagai masukan untuk persiapan Rapat Kerja Nasional (Rakernas) DPP LDII yang akan berlangsung pada Oktober 2018 nanti. LDII sejak 1972 telah menjadikan Pancasila sebagai azas organisasi, untuk itu LDII berkepentingan menanamkan nilai-nilai Pancasila kepada generasi mendatang. (sas/s)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait