Kamis, 25 April 2024

Gubernur Inspekstur Upacara Hari Jadi ke 73 Provinsi Jatim 2018

Diunggah pada : 12 Oktober 2018 16:33:44 10

Jatim Newsroom – Gubernur Jawa Timur, Soekarwo, menjadi inspektur upacara puncak Hari Jadi ke 73 Provinsi Jawa Timur 2018 di Halaman Gedung Negera Grahadi, Surabaya pada Jumat (12/10). Pada kesempatan itu Gubernur Soekarwo menyerahkan berbagai penghargaan dan pemenang lomba dalam rangka Hari Jadi ke 73 provinsi Jawa Timur.
 
Dalam sambutannya Gubernur Soekarwo mengatakan, di era kepemimpunannya bersama Wakilnya Saifullah Yusuf yang akrab dipanggi Gus Ipul mengatakan, pembangunan diarahkan pada pertumbuhan ekonomi yang inklusif. Yaitu pembangunan ekonomi yang berorientasi pada pertumbuhan yang disertai dengan pemerataan, sehingga pertumbuhan ekonomi secara positif mampu menurunkan jumlah penduduk miskin, menurunkan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT), menurunkan kesenjangan serta mampu meningkatkan Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
 
Menurut Soekarwo, arah pembangunan itu merupakan amanat konstitusi sebagaimana Pembukaan UUD 1945, yang secara substansinya merupakan pesan tujuan negara. Yakni mewujudkan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
 
Ada tiga fokus penting dalam arah pembangunan inklusif. Pertama, produksi di segmen UMKM dan segmen besar dengan kebijakan fasilitasi bagi segmen besar berupa pelayanan perizinan yang mudah, murah dan cepat, stimulasi bagi segmen UMKM khususnya dalam pengembangan kapasitas SDM UMKM baik melalui Inkubator, SMK Mini, dan SMK / Vokasi.
 
Kemudian kedua, pembiayaan murah dengan suku bunga 6 persen baik di kredit pertanian, kredit industri primer dan sekunder serta kredit hulu – hilir sektor pertanian dalam arti luas untuk peningkatan nilai tambah  serta mampu membantu pemerintah untuk mengurangi subsidi. Ketiga, Pasar yang kompetitif, ini dimaksudkan untuk memberikan ruang pasar bagi UMKM agar mampu menguasai baik pasar domestik Indonesia yang memiliki size  40 persen pasar ASEAN maupun pasar Global di berbagai negara di dunia.
 
Disamping itu ketiga fokus Produksi, Pembiayaan dan Pasar, didukung oleh stabilitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, yang merupakan kolaborasi antara Gubernur dengan DPRD dalam konstruksi hubungan “Kemitrasejajaran kritis yang konstruktif. Ketiga fokus plus stabilitas tadi telah saya konstruksi dalam sebuah pandangan pola pembangunan ekonomi yang saya namakan “JatimNomics” ujarnya
 
Lebih lanjut dikatakan, prioritas JATIMNOMICs lebih afirmatif pada pengembangan UMKM, karena UMKM adalah salah satu sektor ekonomi yang mampu bertahan  pada saat krisis global melanda dunia. Itulah sebabnya peran UMKM begitu besar perannya dalam pertumbuhan ekonomi Jawa Timur, khususnya kontribusi terhadap produk domestik bruto, yaitu mencapai 57,52 persen. UMKM mengalami peningkatan yang cukup signifikan terutama dalam kurun waktu lima tahun terakhir. Hal ini berkat dukungan pemerintah Jawa Timur dan Pemerintah Kab/Kota di Jawa Timur, melalui berbagai fasilitasi yang diberikan sehingga  memberikan peluang seluas-luasnya  bagi pebisnis kecil untuk berkembang.
 
Menurutnya, ada tiga faktor yang membuat Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) bisa bertahan dalam kondisi ekonomi yang krisis, yaitu pertama, umumnya UMKM menghasilkan barang konsumsi dan jasa yang dekat dengan kebutuhan masyarakat. Pendapatan masyarakat yang merosot ketika krisis ekonomi terjadi tidak berpengaruh banyak terhadap permintaan barang dan jasa yang dihasilkan UMKM. Ini berbeda dengan kondisi usaha skala besar yang justru bertumbangan saat krisis terjadi.
 
UMKM malah bisa tetap mampu bergerak dan menyerap tenaga kerja meski jumlahnya terbatas. Faktor kedua yakni pelaku usaha UMKM umumnya memanfaatkan sumber daya lokal, baik itu untuk sumber daya manusia, modal, bahan baku, hingga peralatan. Artinya, sebagian besar kebutuhan UMKM tidak mengandalkan barang impor.
 
Faktor ketiga, umumnya bisnis UMKM tidak ditopang dana pinjaman dari bank, melainkan dari dana sendiri. Dengan kondisi itu, ketika sektor perbankan terpuruk ataupun suku bunga melambung tinggi, UMKM yang kini tercatat di Jawa Timur sebanyak 12,1 juta unit pun tidak terpengaruh (Sesuai Sensus Ekonomi 2016: 4,6 juta UMKM non pertanian + 7,5 jt usaha pertanian). UMKM telah menjadi backbone  (tulang punggung) dan buffer zone (zona andalan) yang menyelamatkan negara dari krisis.
 
Kemudian UMKM dapat menyerap tenaga kerja yang relatif besar, sehingga UMKM juga mampu meningkatkan pendapatan masyarakat. Artinya, UMKM dapat dianggap memiliki peran strategis dalam memerangi kemiskinan dan pengangguran di Jawa Timur. Kinerja UMKM Jawa Timur yang tahan terhadap guncangan krisis global inilah yang layak ditingkatkan daya saingnya, dengan berbasis teknologi digital.(ryo/s)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait