Kamis, 28 Maret 2024

Gubernur Beri Usulan Kurikulum ke AFEBI

Diunggah pada : 26 Oktober 2018 8:19:55 7

Jatim Newsroom – Gubernur Jawa Timur Dr. H. Soekarwo, S.H, M.Hum memberikan paparan sekaligus membuka Kongres VI AFEBI (Asosiasi Fakultas Ekonomi dan Bisnis Indonesia) di Hotel Sheraton Surabaya pada Kamis (25/10).

Dalam kesempatan tersebut Pakde Karwo memberikan rekomendasi bagi penyelengara pendidikan ekonomi di Indonesia. Khususnya kepada AFEBI untuk membuat kurikulum pendidikan yang responsif terhadap perubahan sosial terkini.

Sebab, menurut Pakde Karwo, saat ini ada beberapa tantangan yang terus mengintai. Persiapan sikap adaptif bagi anak didik menjadi hal yang sangat penting.”Tantangan yang kita hadapi sekarang antara lain soal mekanisasi, tenaga air, dan tenaga uap,” ujarnya.

Selain itu, kata Pakde Karwo, tantangan lainnya adalah soal produksi masal dan elektrifikasi. Termasuk soal komputer dan automasi serta cyber phsycal-system. Saat ini, lanjut Pakde Karwo, kehadiran perkembangan teknologi yang pesat menjadi dua mata pisau yang sama-sama tajam. Antara peluang dan ancaman ke depan.

”Karena itu, universitas terutama fakultas perlu saat ini menanamkan sikap inovatif dan adaptif terhadap kondisi sosial ke depan. Terutama membangun jiwa-jiwa industri,” sebutnya.

Sebab, entrepreneurship menjadi kunci kemajuan ekonomi sebuah negara. Namun, ungkap dia, saat ini yang menjadi masalah bersama bagi bangsa Indonesia adalah culture. Pakde Karwo menyebutkan, banyak masyarakat Indonesia yang memilki keinginan untuk menjadi seorang entrepreneurship.

Namun, yang terjadi, entrepreneurship itu masih berada pada keinginan. Artinya, entrepreneurship belum terealisasi dengan baik.

”Jika sikap-sikap semacam ini bertahan, kita bakal akan terus menjadi pasar bagi produk-produk asing,” katanya.

”Makanya, kita mesti sudah beralih pada konsep entrepreneurship untuk industri. Kita mesti menargetmampu menguasai pasar Asia,” tambahnya.

Karena itu, pendidikan manjadi kunci untuk memupuk jiwa-jiwa petarung ke depan. Jiwa-jiwa yang mampu menghadapi tantangan-tantangan yang lebih berat ke depan. Mahasiswa mesti dididik untuk sudah memiliki konsep bagaimana perekonomian sepuluh tahun ke depan. Termasuk memiliki etos kerja entrepreneurship bukan hanya mampu sebagi pegawai. Tapi juga mampu secara pengelolaan dan manajemennya, skala lebih luas.

Sementara itu, Rektor UNAIR Prof. Muhammad Nasih dalam sambutannya sangat mengapresiasi pelaksanaan Kongres VI AFEBI. Khususnya FEB UNAIR sebagai penitia pelaksana.

Prof. Nasih menyebutkan bahwa FEB menjadi penyumbang jumlah mahasiswa terbesar di beberapa universitas. Seperti halnya di UNAIR, jumlahnya mencapai 20 persen. Hal itu, menurut dia, FEB memiliki kontribusi yang cukup besar dalam perkembangan universitas. Yang pada akhirnya juga bakal berpengaruh pada kemajuan sebuah negara.

”Jika kita mampu mengeloal sekaligus memberikan pendidikan yang baik, maka universitas akan menjadi baik, pun dengan negara atas kesuksesan para lulusan kita. Begitupun sebaliknya, jika salah, juga menjadi masalah,” sebutnya.

Karena itu, atas perubahan sosial masyarakat saat ini yang penuh kejutan, diperlukan mahasiswa-mahasiswa yang kreatif. Artinya, mahasiswa yang memiliki jiwa-jiwa responsive terhadap kondisi sosial yang terus berubah.

Tugas universitas menciptakan lulusan-lulusan yang demikian. Bukan malah menciptakan lulusan yang bisa menimbulkan problem. Dan pada akhirnya turut memengaruhi perkembangan sebuah negara.

”Kita (universitas, khususnya fakultas ekonomi, Red) harus mendidik dan membiasakan kepada mahasiswa untuk menjadi seorang pembelajar terus menerus. Terbuka terhadap hal-hal luar,” katanya. (mad)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait