Rabu, 24 April 2024

PEMERINTAH PERKETAT POPULASI SPESIES INVASIF

Diunggah pada : 13 Juni 2014 10:27:49 108
thumb

Pemerintah terus berupaya memperketat populasi ikan asing yang ditengarai sebagai spesies invasive. Terancamnya beberapa jenis ikan endemik dan punahnya beberapa jenis ikan endemik Indonesia di beberapa perairan umum merupakan ancaman serius terhadap keanekaragaman dan kelestarian sumberdaya ikan Indonesia. Pemerintah segera mengambil langkah konkret dan strategis agar dampak negatif dari introduksi ikan asing dapat diminimalisasi.
    Kepala Badan Karantina Ikan, Pengendalian Mutu dan Keamanan Hasil Perikanan (BKIPM), Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP),  Narmoko Prasmadji, Jumat (13/6) mengatakan, upaya pencegahan terhadap species yang berpotensi sebagai species invasif, harus dapat dilaksanakan di semua titik-titik pelabuhan pemasukan di seluruh Indonesia. Terutama dengan mengintegrasikan perkarantinaan dan penilaian risiko lingkungan sebelum dilakukan suatu introduksi species.
    Upaya lain yakni mengembangkan kerangka kerja legal berkaitan dengan spesies invasif di Indonesia sebagai dasar aturan analisis risiko dan sistem pengendalian species invasif. Baik untuk pemasukan dan pengeluaran maupun untuk eradikasi species invasif yang sudah mapan di Indonesia. Perlu juga dilakukan peningkatan pemahaman masyarakat terhadap species invasif, melalui sosialisasi, edukasi maupun penegakan hukum.
    KKP juga telah berupaya mengendalikan  kemungkinan masuknya jenis asing invasif tersebut dengan menerbitkan Peraturan Menteri Kelautan dan Perikanan Nomor: PER.17/MEN/2009 tentang Larangan Pemasukan Beberapa Jenis Ikan Dari Luar Negeri ke Dalam Wilayah Negara Republik Indonesia.
            Dikatakannya, dampak negatif introduksi ikan asing, telah dirasakan di Indonesia dan banyak Negara.  Meledaknya populasi ikan Sapu-sapu, Keong Mas dan ikan Mujair di beberapa perairan umum menunjukkan adanya dominasi dan ketidak seimbangan populasi yang  dapat menurunkan populasi bahkan mungkin kepunahan species ikan asli di perairan. Populasi ikan Mujair di Waduk Cirata semakin berkurang, tapi ironisnya populasi ikan Louhan meningkat, sedangkan di waduk Sempor, Jawa Tengah, ikan Wader dan ikan Betik yang dulunya berlimpah sekarang sudah jauh berkurang, dan sebaliknya ikan Oscar dan Louhan banyak ditemukan.
            Ditambahkan, populasi ikan Depik, ikan asli danau Laut Tawar, Aceh  mulai terdesak oleh ikan Nila yang diintroduksikan ke danau tersebut. Ikan setan merah (red devil) yang masuk secara tidak sengaja bersama aneka jenis benih ikan di waduk Sermo, Yogyakarta populasinya semakin tidak terkendali, memangsa ikan lain seperti ikan Mas, Tawes, Nila di waduk tersebut. Setelah 10 tahun sejak ikan itu masuk ke waduk tersebut, hasil tangkapan semakin menurun dan sekitar 75% dari hasil tangkapan adalah ikan red devil. Saat ini ikan tersebut juga semakin mengancam populasi ikan lain di Waduk Cirata, dan Kedung Ombo.     Contoh lain, Lobster air tawar Cherax quadricarinatus yang diintroduksikan ke danau Maninjau, Sumatera Barat dikhawatirkan akan menjadi jenis invasif karena lobster ini mempunyai laju pertumbuhan dan fekunditas yang superior.
            Menurut Narmoko, bersamaan masuknya jenis ikan asing, masuk juga beberapa jenis penyakit asing eksotik yang menyerang ikan budidaya maupun ikan perairan umum. Beberapa jenis penyakit eksotik yang masuk ke Indonesia ada 13 jenis. Diangaranya, Lerneae cyprinacea, pada ikan Mas, Viral Nervous Necrosis Virus (VNNV)  pada ikan Kerapu, Koi herpesvirus (KHV) pada ikan Koi dan Mas, White Spot Syndrome Virus (WSSV) dan taura Syndrome Virus (TSV) pada udang.      Wabah penyakit pertama diketahui tahun 1932 di Jawa Tengah dan Jawa Barat yang disebabkan  parasit Ichthyophthirius multifilis yang diduga masuk ke Indonesia bersama ikan yang diimpor dari Amerikan dan Eropa. Parasit Myxobulus pyriformis menyebabkan kematian masal benih ikan Mas di Jawa Tengah pada tahun 1951. ”Lernaea cyprinacea, parasit cacing berbentuk jangkar yang berasal dari Jepang masuk pada awal 70-an menyebabkan kematian sekitar 30% benih ikan Mas, ikan Tawes, ikan Tambakan, ikan Gurame  di pulau Jawa, Sumatera Utara dan Sulawesi Utara,” jelasnya. (jal)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait