Selasa, 23 April 2024

CHINA INVESTASIKAN RP 45 TRILIUN DI JATIM

Diunggah pada : 12 Mei 2011 12:56:39 6
thumb

Setelah Korea Selatan menanamkan investasi senilai Rp 4,5 triliun ke Jawa Timur, kini giliran China. Kunjungan kerja Gubernur Jatim Dr. H. Soekarwo dan tim ekonomi Jatim ke Negeri Tirai Bambu itu mampu menarik investasi sebesar Rp 45 triliun.
Sebagai wujud keseriusan dengan Jatim, dalam acara Singning ceremony an economic cooperation between China GOED and East Java Province, Senin (9/5) di Beijing dilakukan dua penandatangan Letter of Intent (LoI) sekaligus. Yakni antara Asisten II Bidang Ekonomi Pembangunan Setdaprov Jatim, Hadi Prasetyo, dengan Executive Vice President Secretary General China Foundation for Desertification Control (CFDC), Zhang JianHong, dan antara Kepala Badan Penanaman Modal (BPM) Jatim, Warno Harisasono, dengan Chairman & President Grand Overseas Economic Development (GOED) Co.Ltd, Qi Chunsheng.
Hadir dalam penandatangan itu, para petinggi CFDC dan GOED, Gubernur Soekarwo, Ketua Umum Dekranasda Jatim Nina Soekarwo, Governor Envoy Commercial Representative for China Steven Zong, dan tim ekonomi Jatim, juga Ketua DPRD Jatim Imam Sunardhi, perwakilan Kamar Dagang Indonesia (Kadin) Jatim, serta sejumlah pengusaha asal Jatim.
Executive Vice President Secretary CFDC, Zhang JianHong, melalui rilis Biro Humas, Kamis (12/5) mengatakan, pihaknya setuju menanamkan investasi ke Indonesia, dalam hal ini Provinsi Jatim, karena negaranya butuh Sumber Daya Alam (SDA) dari Indonesia. Sedangkan Indonesia butuh uang dan teknologi yang dimiliki China. ”Makanya sebagai bentuk tindak lanjut keseriusan kerjasama ini, kita (CFDC) memilih China Yenta – perusahaan di bawah GOED- untuk mengembangkan investasi di Jatim,” tegasnya.
China Yenta inilah, kata Mr Zhang yang akan melakukan perjanjian kerjasama dengan Jatim, di bidang infrastruktur, pertambangan, pertanian, perikanan dan kelautan serta bidang lainnya.
Chairman and President GOED Co.Ltd, Qi Chunsheng, mengucapkan terimakasih kepada Gubernur Soekarwo atas terwujudnya kesepakatan antara lembaga yang dipimpinnya dengan Pemprov Jatim. Sebagai bentuk keseriusan tindak lanjut LoI yang sudah diteken, pihaknya, akan segera terbang ke Jatim untuk membicarakan lebih serius teknis dan bidang yang dikerjasamakan, termasuk survei lapangan terhadap potensi yang bisa dikerjasamakan dengan china. ”Akhir bulan ini juga (Mei) kita akan ke Jawa Timur,” tegasnya.
Chunsheng menyatakan, jika rencana investasi sebesar 3 miliar dolar AS nanti sukses dan ternyata potensi yang dimiliki juga besar, pihaknya berjanji akan menambah nilai investasinya lebih besar lagi. ”Tentu ke depan, bidang kerjasama yang dibangun harus berdasarkan win-win solution yang arahnya untuk pertumbuhan ekonomi, industri, kapasitas budaya, dan bidang-bidang lainnya agar terwujud hubungan negara yang harmoni,” harapnya.
Harapan itu, kata Chunsheng dinilai tidak berlebihan. Terutama setelah Perdana Menteri China Wen Jiabao bertemu dengan Presiden RI Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) membicarakan kerjasama antara dua negara yang sudah terjalin lama. ”Kedatangan Perdana Menteri Wen ke Indonesia membuat kami lebih yakin bahwa Indonesia adalah negara yang lebih baik untuk diajak kerjasama ekonomi, budaya, dan bidang lainnya di masa mendatang,” tandas Chunsheng.
Saat di Beijing,  pengusaha asal Mongolia juga memastikan akan menanamkan investasi sebesar 10 juta dollar AS di bidang industri marmer.
Gubernur Soekarwo juga mengucapkan terima kasih terhadap CFDC dan GOED yang serius menjadikan Jatim sebagai tempat untuk menanamkan investasi.
Orang nomor satu di Jatim ini berharap, dana investasi yang dijanjikan dapat segera terealisasi. ”Jika secepatnya bisa kerjasama kan Jatim akan lebih cepat maju dan sejahtera,” tegasnya.
Khusus dengan China, potensi kerjasama yang ditawarkan adalah investasi di bidang infrastruktur, seperti pembangunan runway Bandara Internasional Juanda sepanjang 4,4 kilometer, elevated railway antara Stasiun Gubeng – Bandara Juanda sepanjang 22 kilometer, tol Bunder (Gresik) – Legundi (Krian) sepanjang 22 kilometer, dan pendalaman Alur Pelayaran Barat Surabaya (APBS) Pelabuhan Tanjung Perak.
Selain itu, pihaknya juga menawarkan investasi di bidang infrastruktur pendukung, seperti pembangunan kawasan industri Pusat Pengolahan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), pelabuhan untuk perbaikan dan angkutan kapal di Gresik, tambang marmer di wilayah Jatim bagian selatan, industri garam, dan amuzement park – semacam dunia fantasi di Kamal Madura, dan bidang pertanian untuk pengolahan kasafa dan jagung, serta bidang manufaktur.
Pakde Karwo menyebut, kunjungan kerjanya ke China merupakan upaya gerilya sekaligus jemput bola menangkap peluang investasi yang bisa dikerjasamakan setelah kunjungan Presiden SBY bertemu dengan Pendana Menteri China Wen Jiabao.
”Jadi ibaratnya kita ingin tukar cincin dulu sebelum menikah. Dan dengan moment yang tepat dan sangat baik, saya yakin investasi sebesar 3 miliar dolar AS yang ditawarkan agar segera terealisasi. Bahkan jumlahnya bisa naik lagi,” kata Pakde optimis.
Pakde Karwo menambahkan pascakunjungan ini dirinya akan melaporkan kepada Menteri Kordinator Perekonomian, Hatta Rajasa di Jakarta. Namun yang lebih penting dari laporan tersebut adalah usulan agar tidak adanya tender dalam pembangunan infrastruktur yang menggunakan uang investasi. 
Sementara itu Tim Ekonomi Jatim, pada Rabu (10/5) mengundang 180 pengusaha sukses dalam sebuah seminar bertajuk Investment & Business Opportunites in East Java Province, Indonesia, di Shanghai, China. Rabu (10/5). Dalam seminar tersebut berhasil menjaring investor dari tiga perusahaan senilai 50,2 juta Dollar AS.
Duta Besar Indonesia, untuk China, Imron Cotan,  di depan peserta seminar mengatakan, upaya meningkatkan kerjasama ekonomi RI-RRT semakin mendapatkan momentumnya pada pertemuan bilateral PM Wen Jiabao dan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Jakarta bulan lalu. Dalam pertemuan bilateral RI-RRT pada tanggal 29 April 2011 tersebut telah disepakati peningkatan kerjasama di bidang ekonomi kedua negara dengan ditandatanganinya enam belas MoU di bidang ekonomi dan perdagangan senilai USD 10.4 miliar.(sti)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait