Kamis, 25 April 2024

KADIN NILAI ACFTA KACAUKAN PETA INDUSTRI DALAM NEGERI

Diunggah pada : 12 Mei 2011 9:59:21 3
thumb

Kadin Jatim menilai pemberlakuan perdagangan bebas asia dan china (ACFTA) mengacaukan pemetaan industri dalam negeri. Ketua Komite Tetap Pengawas Impor Kadin Jatim, Judy Purwoko, mengatakan industri di Indonesia saat ini semakin sulit mendatangkan bahan baku. Sedangkan, negara pemasok bahan baku seperti China, kini lebih gemar mengekspor barang jadi ke tanah air. "Konsumen di Indonesia lebih suka produk China karena harganya jauh lebih murah dari produk lokal," katanya di Surabaya, Rabu (11/5).
Ia menambahkan arus impor barang dari China yang mulai tidak terkendali pasca pemberlakuan ACFTA membuat pemetaan industri dalam negeri menjadi kian kacau. Menurutnya sejak akhir 2010, barang impor China sudah naik lebih dari 100% jika dibanding tahun sebelumnya. Untuk menyelamatkan industri dalam negeri, khususnya Usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM), Menteri Perdagangan harus segera merevisi kontak perdagangan dengan China. "Sekarang sudah timbul gejolak perdagangan, ini harus diredam," tandasnya.
Kondisi ini diperparah dengan banyaknya industri lokal yang kini memilih melakukan impor barang jadi ke Indonesia. Industri ini kemudian hanya memberikan label lokal dalam produk-produk buatan China tersebut. Kondisi ini diakibatkan tingginya biaya pengolahan bahan baku di Indonesia. "Bahkan kini industri pun banyak mengimpor bahan jadi karena lebih efisien dibanding mengolah bahan baku," katanya.
Dikatakannya nilai impor Jatim, secara keseluruhan mencapai mencapai 1.803,43 juta Dollar AS. Secara kumulatif Januari-Maret 2011, nilai impor mencapai 4.461,49 juta Dollar AS. Berdasar total keseluruhan impor, masih didominasi oleh bahan baku/penolong yang mencapai 82,84% terhadap total impor Jatim.
Sedangkan data badan Pusat Statistik Jawa Timur menyebut kenaikan impor dari China yang semakin besar tiap bulan. Impor dari China naik sebesar 40,45% dari 198,01 juta Dollar AS pada Februari 2011 menjadi US$278,11 juta pada Maret 2011. Secara kumulatif Januari-Maret 2011, impor dari China mencapai 710,236 juta Dollar AS, tumbuh 37,4% dibanding Januari-Maret 2010 sebesar 516,897 juta Dollar AS. Impor dari China ini mencapai 20,1% terhadap total impor Jatim.
Sebelumnya pengamat ekonomi dari Universitas Indonesia (UI) Firmanzah mengungkapkan defisit perdagangan antara Indonesia dan China yang semakin melebar merupakan salah satu bukti bahwa kerja sama ACFTA ini merugikan Indonesia.
Data Kementerian Keuangan, total ekspor Indonesia sepanjang Februari 2011 tercatat sebesar US$14,4 miliar atau tumbuh 27,4% dibandingkan tahun 2010. Sebaliknya, total impor Indonesia pada Februari 2011 tercatat sebesar 11,9 miliar Dollar AS atau tumbuh 29,3% dibandingkan periode yang sama 2010.
Produk impor dari China, tumbuh signifikan dibandingkan realisasi ekspor Indonesia ke China. Padahal, dalam kurun waktu 2000-2007, ekspor-impor Indonesia dengan China tercatat relatif masih tumbuh seimbang.
Namun sejak 2007 hingga 2011, pertumbuhan impor dari China lebih cepat dan membuat terjadinya defisit perdagangan bagi Indonesia. Sejauh ini tercatat besaran defisit Indonesia-China sekitar 5?7 miliar Dolar AS. Selama Januari 2011, defisit mencapai US$0,66 miliar, meningkat 0,26 miliar Dollar AS jika dibandingkan Januari 2010. (win)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait