Jumat, 19 April 2024

AFRIKA JAJAGI KERJA SAMA DENGAN JATIM

Diunggah pada : 24 Juli 2010 10:15:06 24
thumb

Duta Besar (Dubes) dari sembilan negara-negara Afrika menjajagi kerja sama dengan Jatim. Sejak Konferensi Asia Afrika 1955, Indonesia dinilai sebagai negara yang memberikan kontribusi signifikan bagi kemerdekaan negara-negara Afrika, khususnya di bidang politik. Namun dibidang ekonomi, kerja sama Indonesia dengan negara-negara Afrika ini belum optimal, khususnya di sektor industri kreatif, UMKM dan pariwisata.
Untuk itu  digelar acara jamuan makan malam “Familiarisasi Potensi Industri Strategis, UKM dan Pariwisata Jatim” oleh Gubernur Jatim Dr H Soekarwo, di Hotel Majapahit Surabaya, Kamis (22/7) malam.
Menteri perdagangan RI sudah melaksanakan Program Familiarisasi seperti ini pada Tahun 2009 untuk kerja sama dengan Jakarta, Jabar dan Jogya. Tahun ini giliran kerja sama dengan Jatim dan Jateng.
Rombongan terdiri dari enam Dubes, yaitu Ibrahim Baba Mai Sule (Nigeria), Alem Tsehaye Woldemariam (Eritrea), Ny Guisse Maimouna Dial (Mali), Ny Solange Bagula ( R.D. Congo), Miss Latungika Loide Shikwame (Namibia), John Wageme Nduggu (Kenya), dan tiga Konsul Kehormatan yaitu Eddy Gunadirdja (Burkina Faso), Nico Barito (seychelles) serta Daniele Lama (Guinea).
Mereka berkunjung ke Jatim selama dua hari (22-23) Juli guna melihat potensi daerah Jatim dengan mengadakan kunjungan ke PT. Rutan dan Dinas Koperasi dan UMKM Jatim untuk melihat gedung pusat soevenir, gedung pamer produk UMKM serta klinik UKM. 
Mereka ingin menyaksikan dari dekat UMKM karena sudah membuktikan surfive ketika dilanda krisis ekonomi th 1996 dan 2008 dibanding perusahaan menengah dan besar di Indonesia. Negara-negara Afrika ingin fokus melihat potensi yang dihasilkan industri kratif dan UMKM karena kualitas produksinya terbukti/ terkenal baik dan dapat bersaing di pasar internasional.
Selain itu, kerja sama di bidang sosial budaya antara Indonesia dan Afrika mempromosikan People to people contact melalui progam Kemitraan negara Berkembang (KNB) memberikan bea siswa untuk 15 mahasiswa Strata-2  yang belajar di Jatim antara lain di Unair, ITS dan Unibraw.
Dalam kesempatan itu Gubernur Soekarwo menyatakan kedatangan para Dubes negara-negara Afrika ke Jatim sangat menggembirakan dan merupakan suatu kehormatan bagi rakyat dan pemerintah Jatim. Sebab dapat mengenalkan sekaligus mempromosikan potensi Jatim. “Saya akan menceritakan kepada seluruh masyarakat Jatim bahwa ada tamu spesial, yaitu kunjungan sembilan negara sahabat dari Afrika yang berkunjung ke Jatim,” katanya sembil tersenyum.
Pakde Karwo, sapaan akrab Gubernur Jatim ini malam itu mengatakan, Jatim suasananya nyaman dan aman, pluralisme sangat bagus dan sangat kondusif untuk investasi. Jatim memang penduduknya berjumlah 37 Juta jiwa, tapi kalau investasi di Jatim pangsa pasarnya 120 juta karena pasarnya/ market tidak hanya masyarakat Jatim tapi masyarakat di kawasan Indonesia Timur, sebab Jatim merupakan pusat perdagangan dan industri untuk Indonesia Timur. 
Dikatakan, pertumbuhan ekonomi dunia hanya 3%, padahal pertumbuhan ekonomi di Jatim selama tiga bulan saja yaitu Januari-Maret tumbuh 5,8% dan diperkirakan 2011 akan meningkat 6,6 %.
Pakde juga menjelaskan berbagai potensi Jatim, antara lain 47% gula diproduksi di Jatim, 33% produk perikanan Jatim diekspor ke Jepang, Amerika dan Eropa. Jatim juga punya potensi susu. Meski sudah join dengan Nestle (Swiss) masih kekurangan 650 ton per hari untuk dipasarkan. Perkebunan kopi luwak juga jadi potensi perdagangan.
“Jatim sebagai kluster  minyak  dan gas bumi. Ada tiga daerah di Indonesia yang sangat potensial yaitu Riau, Kaltim dan Jatim. Kapasitas Biotermal 1.180 Mega watt. Sekarang siap eksplor di Gunung Wilis dan Gunung Ijen dengan kapasitas 390 mega watt. Jatim tidak pernah kekurangan enerji listrik untuk interconection Jawa-Bali  bahkan kelebihan 5.000 megawatt, hanya gangguan trafo yang sering mati,” tambahnya.
Di bidang pariwisata, gubernur juga mengutarakan kawah ijen yang fantastik. Dengan ciri khas bau belerang-nya dan masyarakat pengangkut belerang.ini sudah dikunjungi wisatawan dari Eropa, Perancis, Swiss dan Belanda. 
Di Bidang Pariwisata, Pakde Karwo dengan bersemangat menjual potensi wisata Jatim lainnya yaitu Gunung Bromo, gunung terindah ketiga tertinggi, setelah Gunung Everest (Rusia) dan Gunung Olympus (Yunani). “Jangan sampai meninggalkan dunia ini sebelum mengunjungi Gunung Bromo. Bromo selain indah juga mempunyai kultur Jawa Kuno masyarakat Tengger,” ungkapnya.
Pantai Plengkung Banyuwangi, dengan ombaknya yang besar, setara dengan Hawaii dan Mentawai di Sumatera ini juga tidak luput dari promosi Pakde. Dikatakan, 40-50 ribu wisatawan dari Bali menyeberang ke Banyuwangi untuk selancar di Banyuwangi.
“Kunjungan ini saya harap tahun depan bisa disusul dengan berkunjung ke Jatim lagi. Sebelum investasi  kita bersahabat dulu,” katanya. 
Sementara Dubes Nigeria Ibrahim Baba Mai Sule mengatakan, Indonesia dan Afrika adalah negara yang sedang mengembangkan ekonomi dan sama-sama mencari peluang hubungan bisnis. Dia tidak hanya ingin invest di Jatim tapi mengharapkan Jatim juga mau invest di negara-negara Afrika.
“Saat ini yang sudah investasi di Afrika produk mie instan PT.Indofood, invest bidang tekstil di Nigeria. Sebelum kerja sama saling invest, kita harus menjalin persahabatan dulu dengan cara saling mengenal budaya masing-masing, baru menjalin kerja sama di bidang ekonomi,” katanya.
Mengawali jamuan makam malam itu, rombongan disambut dengan tarian Gandrung Banyuwangi sebagai ucapan selamat datang yang menggambarkan ucapan syukur dan kegembiraan atas tercapainya segala cita-cita. Selain itu Gito Maron art peforma Surabaya pimpinan Dimas Pramuka Admaji juga membuat suasana perjamuan makin hangat dengan tampilan tari Sekargiri. Tari bernafas islami ini menggambarkan kesenian terbang jidhor yang berkembang di Surabaya, Gresik dan sekitarnya. Lambaian kipas dengan alunan Sholawat serta hentakan terbang seakan mengenang Putri Cempa ketika menyiarkan agama Islam.
Di sela Jamuan Makan malam yang berlangsung di Holeh Majapahit tempat bersejarah peninggalan kolonial karena pernah digunakan sebagai tempat berlangsungnya Konferensi Asia Afrika bersama Presiden RI pertama Ir. Soekarno ini Pakde Karwo juga menghampiri mahasiswa-mahasiswa Afrika yang studi Strata-2 di Unair dan ITS Surabaya yang sudah memasuki tahun kedua ini bisa berbahasa indonesia karena sebagian tinggal di asrama Kampus C juga ada yang tinggal di rumah kost. (sti)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait