Rabu, 24 April 2024

PROGRAM SRI TINGKATKAN KESEJAHTERAAN PETANI

Diunggah pada : 25 Juni 2010 15:00:46 5
thumb

Program SRI (Sistem Rice of Intensification) yang dijalankan Kementerian Pertanian, memberi dampak pada kesejahteraan petani. Sebab beras dari bibit SRI memiliki harga jual tinggi karena merupakan beras organik yang minim kandungan kimia, namun dengan biaya produksi cukup rendah.
Dirjen Pertanian, Departemen Pertanian RI, Hilman Manan, saat panen raya SRI seluas 600 hektere di Desa Geneng, Kecamatan Geneng Kabupaten Ngawi, mengatakan, pemerintah terus berupaya menigkatkan produktivitas padi, baik hibrida maupun non hibrida. Namun pemerintah juga menggalakkan penanaman padi dengan program SRI. Bibit padi SRI terbukti meningkatkan produktivitas sekitar 4-5-% dari sebelumnya. Saat ini panen raya padi SRI di Ngawi sebanyak 11,2 ton per hektare, ini lebih tinggi dari panen padi biasa yang hanya 6-7 ton per hektare.
Keuntungan program ini, antara lain menghemat air irigasi sebesar 40-5-%. Ini karena sifat padi yang bisa menyimpan air atau absorvem. Selain itu, juga menghemat pupuk pestisida atau un organik sebanyak 30%.
Tidak hanya itu, beras jenis ini juga bisa mengurangi polusi asap, karena pupuknya  berasal dari jeraminya sendiri, ditambah kotoran hewan. “Ini berbeda dengan beras biasa yang jeraminya justru dibakar,” kata Hilman Manan.
Untuk membudidayakan bibit padi ini, Kementerian Pertanian mengeluarkan anggaran Rp 1,5 miliar untuk 600 hektare. Sedangkan dari Pemprov Jatim, mengeluarkan Rp 8 juta per hektare. Sedangkan untuk bibit berasal dari pemerintah, yakni diberikan Rp 5kg per hektare.
Program ini dilakukan kali pertama di Ngawi pada awal Maret 2010, ditargetkan panen akan mencapai 10 ton per hektare. Namun pada saat panen jumlahnya melampaui target, yakni 11,2 ton per hektare. Desa geneng merupakan salah satu desa lumbung padi Daerah Jatim. Hasil panennya, 60% dijual ke pasar, Sedangkan 40% dikonsumsi sendiri.
Sebelumnya Tahun 2008, program ini dilakukan di Tasikmalaya seluas 840 hektare. Sedangkan Tahun 2009, dilakukan di Jombang dan Garut.
Bupati Ngawi, Harsono, mengatakan, luas areal panen raya padi SRI ini 600 hektare berada di dua kecamatan, enam desa, enam Himpunan Pengelola Air (Hipa), 30 kelompok tani dan satu hamparan irigasi.
“Program ini terbukti memberikan hasil yang bagus, karena hanya menggunakan pupuk oraganik dan kompos serta mikro organisme,” ujar Harsono.
Biasanya, kata dia, kalau menggunakan un organik atau pestisida menghabiskan 800 kg hingga1,3 ton pupuk. Namun dengan program ini hanya menggunakan 300 sampai 400 kg penggunaan pupuk un organiknya.
Menurut dia, karena per hektare butuh 6 ton pupuk organik, pada musim tanam ini Pemkab Ngawi membantu 1 ton pupuk organik, dan 5 ton sisanya merupakan hasil rekayasa kelompok petani.
Bupati Harsono pun meminta pada pemerintah pusat untuk membantu soal distribusi hasil panen. “Kalau diminta meningkatkan poduksi baik padi maupun ternak kami siap, tetapi kendalanya pada harga pemasaran, seringkali harga malah jatuh,” ujarnya.
Dia mencontohkan, petani di daerah ngawi modal usaha Rp10 juta setelah 3 bulan usaha, tetapi harganya malah turun menjadi Rp 7 juta. Untuk itu dia berharap pemerintah bisa membantu pesoalan ini.(raa,sti)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait