Kamis, 18 April 2024

GINSI JATIM: IMPOR JATIM NAIK 100,78%

Diunggah pada : 11 Mei 2010 12:15:52 4
thumb

Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur meyatakan realisasi impor Jatim pasca pemberlakuan perjanjian perdagangan bebas ASEAN-Cina Free Trade Agreement (ACFTA) mengalami kenaikan 100,78% per tahun.
“Memang dibanding 2009 kinerja impor mengalami kenaikan dua kali lipat lebih. Tapi perlu diketahui bahwa tahun 2009 adalah masa krisis global dimana perdagangan internasional memang lesu. Jadi ini titik balik saja, semacam normalisasi dari dampak krisis. Bukan karena dampak ACFTA,” ujar Ketua Gabungan Importir Nasional Seluruh Indonesia (GINSI) Jawa Timur, Judy Poerwoko, di Surabaya, Selasa (11/5).
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jatim, realisasi impor Jatim selama Januari -Maret 2010 tecatat sebesar 4,14 miliar dolar AS atau tumbuh signifikan dari periode sama 2009 sebesar 2,06 miliar dollar AS.
Jika dikaitkan dengan pemberlakuan FTA ASEAN-Cina per 1 Januari lalu, menurut Judy, realisasi impor Jatim sepanjang tahun 2010 dari bulan per bulan justru mengalami penurunan yang signifikan. Dari data BPS Jatim tercatat realisasi impor Maret hanya mencapai 1,046 juta dolar AS, atau turun sebesar 6,99% dibanding realisasi impor Februari sebesar 1,124 juta dolar AS.
Penurunan ini, menurut Judy, disebabkan mayoritas importir memilih wait and see terhadap kebijakan pemerintah terkait pemberlakuan non tarif barrier. “Kita ingin menunggu dulu sebenarnya mau pemerintah itu seperti apa. Perjanjian ACFTA sudah ditandatangani. Bea masuk (BM) sudah 0% untuk beberapa negara dan untuk beberapa komoditi. Tapi pungutan-pungutan di luar malah dinaikkan,” jelasnya.
Menurut Judy, harusnya pemerintah tidak mempersulit realisasi impor mengingat sekitar 70% jenis barang yang diimpor merupakan bahan baku yang dibutuhkan oleh industri dalam negeri. “Kalau mau memperketat impor terkait pemberlakuan FTA, baiknya melalui seleksi per komoditi yang masuk. Jangan semua komoditi dikenakan seperti sekarang. Kasihan pengusaha yang menggantungkan pasokan bahan bakunya dari impor karena pasokan dalam negeri memang tidak ada,” paparnya.
Dilihat dari penggunaannya, BPS Jatim mencatat pertumbuhan impor konsumsi memang tertinggi. Selama Januari-Maret tumbuh 161,37% secara tahunan (YoY). Sementara, impor bahan baku penolong dan barang modal masing-masing naik 97,74% dan 80,55%. Namun, dari sisi kontribusi, bahan baku memang masih mendominasi hingga 70% dari total impor 4,142 juta dolar AS selama Januari hingga Maret 2010. (ris)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait