Kamis, 25 April 2024

MANFAAT PASAR BEBAS, SUPLAI ASPAL LANCAR

Diunggah pada : 5 Mei 2010 12:43:00 26
thumb

Sejak diberlakukannya FreeTrade Agreement (FTA/Perjanjian Perdagangan Bebas) ASEAN-Cina awal tahun 2010, berdampak positif terhadap suplai aspal pada proyek-proyek infrastruktur pembangunan jalan di Jatim. Manfaat pasar bebas, harga aspal kini lebih murah dibanding sebelum kebijakan itu diterapkan.
    Ketua Asosiasi Aspal Beton Indonesia (AABI) Jatim, Hartono, Rabu (5/5) mengatakan, sejak pasar bebas diberlakukan, tak ada alasan lagi bagi kontraktor pengembang jalan proyeknya lambat akibat suplai aspal yang tersendat. Jika sebelumnya penjualan aspal dimonopoli oleh Pertamina, saat ini aspal dijual bebas  oleh negara-negara anggota ASEAN dan Cina.
    Sebelum pasar bebas, harga aspal rata-rata bekisar Rp 6.000-Rp 7.500/kg. Harga tersebut  merupakan penetapan PT Pertamina, karena BUMN tersebut memonopoli penjualan aspal di Indonesia. Setelah berlakuknya pasar bebas, harga aspal lebih murah, meski cenderung fluktuatif yakni rata-rata Rp 5.500/kg.
    Dikatakannya, sejak pasar bebas, AABI kesulitan melakukan pendataan total kebutuhan aspal pada proyek infrastruktur di Jatim. Ini karena banyak kontraktor membeli aspal langsung mengimpor dari negara-negara anggota ASEAN dan Cina. Sebelumnya, pendataan total kebutuhan aspal AABI bekerjasama dengan PT Pertamina.
    Tentang banyanya proyek infrsatruktur jalan yang menggunakan konstruksi beton, Hartono menampik anggapan bahwa konstruksi itu dipilih karena aspal langka dan mahal. Konstruksi beton dilakukan karena memang untuk kebutuhan kekuatan jalan.
    Dicontohkannya, ruas jalan di jalur pantura yang kini sebagian besar menggunakan konstruksi beton, karena untuk mengimbangi volume kendaraan yang melintasi. Di jalur tersebut kedaraan yang melintasi umumnya memiliki tonase besar dengan beban gandar. Jika konstruksi yang pilih masih tetap menggunakan aspal, dikhawatirkan usia jalan tidak akan berlangsung lama.
    Berdasarkan catatan Asosiasi Pengusaha Aspal Impor Indonesia kebutuhan aspal nasional per tahun mencapai 1 juta-1,2 juta ton dan lebih dari 50 persen di antaranya dipenuhi dari impor. Kebutuhan aspal itu untuk pemeliharaan 38.000 kilometer jalan nasional dan pembangunan jalan nasional.
    Selain aspal dari Pertamina, Indonesia juga mempunyai aspal alam Buton. Harganya lebih rendah sekitar 250 dolar AS per ton. Tahun 2008, Direktorat Bina Marga pernah menguji coba pengaspalan dengan 25.000 ton aspal Buton.
    Dalam setiap tahunnya, di Jatim jalan jalan yang dilakukan pembangunan dan pemeliharaan 3.900.19 km. Total panjang jalan tersebut  meliputi jalan nasional yang mencapai 1.899,21 km dan jalan provinsi 2000,98 km.
Pada tahun 2009, pembangunan dan pemeliharaan jalan nasional mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah pusat. Tahun ini, anggaran pembanguan dan perbaikan mencapai Rp 1,6 triliun. Dari dana tersebut, rinciannya pembangunan jalan dan jembatan Rp 721,423 miliar, preservasi jalan dan jembatan Rp 325,768 miliar, preservasi jalan dan jembatan Metroploitan di Surabaya Rp 174,484 miliar, pemeliharaan jalan dan jembatan Rp 116,550 miliar, perencanaan dan pengawasan Rp 32,720 miliar. (jal)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait