Jumat, 19 April 2024

PESERTA UASBN JATIM TURUN

Diunggah pada : 4 Mei 2010 16:11:57 6
thumb

Peserta Ujian Akhir Sekolah Berstandar Nasional (UASBN) di Jawa Timur mengalami penurunan dibanding periode sebelumnya. Dari data Dinas Pendidikan (Dispendik) Jatim, peserta UASBN periode tahun 2008-2009 sebanyak 634 ribu, sedangkan periode 2009-2010 sebanyak 631 ribu.
 Kepala Dispendik Jatim, Suwanto Msi di Surabaya, Selasa (4/5) mengatakan, penurunan jumlah peserta merupakan fenomena yang wajar terjadi. Menurut dia, di Jatim ada program keluarga berencana yang sudah berjalan dengan baik, selain itu di Jatim banyak dari siswa sekolah SD mereka pindah sekolah karena mengikuti orang tuanya bekerja di luar pulau. 'Jadi dua faktor ini yang mendukung menurunya jumlah peserta UASBN di Jatim,' ujarnya.
Dia mengatakan, penurunan jumlah peserta UASBN, tidak ada pengaruhnya dengan penurunan kualitas pendidikan di Jatim. Kualitas pendidikan justru semakin meningkat hal ini terlihat dari periode tahun 2008-2009, Jatim berhasil menyabet juara tiga prestasi UASBN di tingkat nasional se Indonesia, dimana periode tahun 2007-2008 Jatim gagal menyabet juara.
 Suwanto menuturkan, saat ini permasalahan pendidikan di Jatim tidak bisa dilihat dari penurunan jumlah peserta UASBN, karena penurunan ini hanya masalah kuantitas bukan kualitas. 'Yang terpeting bukan banyaknya peserta melainkan prestasi yang dihasilkan dari peserta UASBN yang menjadi acuan bagi kami,' tuturnya.
 Kepala Bidang Pendidikan Taman Kanak-kanak (TK), Sekolah Dasar (SD) dan Pendidikan Khusus Jatim, Bambang Sudarto MSi membenarkan adanya penurunan jumlah peserta UASBN.
Menurutnya, penurunan jumlah peserta UASBN terjadi selama tiga periode mulai tahun 2007-2008 sebanyak 635 ribu, tahun 2008-2009 sebanyak 634 ribu, tahun 2009-2010 sebanyak 631 ribu. 'Kita tidak mempersalahkan penurunan jumlah peserta UASBN karena tidak akan berpengaruh terhadap kualitas pendidikan di Jatim,' ujarnya.
 Kualitas pendidikan tidak hanya diukur dari besarnya nilai ujian, melainkan harus diukur dari sikap dan perilaku siswa setelah lulus sekolah. 'Jika nilai saja yang dijadikan patokan maka generasi penerus bangsa tidak akan memiliki nilai budi pekerti luhur. Sebaiknya selain menjadikan siswa pintar juga diimbangi dengan sikap dan moral yang baik pula,' katnya.(dra)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait