Kamis, 25 April 2024

JATIM SERING TERJADI KASUS CHIKUNGUNYA

Diunggah pada : 22 April 2010 15:44:36 323
thumb

Sejak tahun 2003 di beberapa daerah di Jatim sering terjadi kasus chikungunya, lonjakan yang terjadi yaitu sebanyak 2.086 penderita yang tersebar di 72 desa, pada 2007 terdapat 1. 306 penderita yang tersebar di 46 desa, sedangkan pada 2009 ada 2.013 perderita tersebar di 64 desa dan yang sangat memprihatinkan pada triwulan I tahun 2010 jumlah kasusnya mencapai 1.990 tersebar di 39 desa.
Demikian dikatakan Sekdaprov Jatim, Dr Rasiyo dalam sambutannya yang dibacakan Asisten Kesejahteraan Masyarakat, Dr Hary Soegiri MBA, dalam Rapat Koordinasi Tentang Penyakit Chikungunya Kabupaten/ Kota Di Jatim di Hotel Utami Juanda, Kamis (22/4).
Lebih lanjut dikatakannya, salah satu program pemerintah dalam upaya mengendalikan penyebaran penyakit chikungunya adalah sama dengan yang dilakukan terhadap penyakit demam berdarah, yaitu melalui pemberantasan sarang nyamuk (PSN) yakni dengan Menguras, Mengubur dan Menutup (3M)  plus.
Ada empat pilar strategi dalam upaya penanggulangan chikungunya yang ditempuh Pemprov Jatim antara lain, pertama memperkuat pangamat kasus/penderita, pengamatan vektor penular penyakit termasuk mengoptimalkan kegiatan juru pengamat jentik (Jumantik) yang didukung dengan laboratorium yang memadai.
Kedua memperkuat penatalaksanaan penderita di rumah sakit, ketiga peningkatan upaya pengendalian vektor secara terpadu, keempat memperkuat kemitraan dengan berbagai pihak dalam upaya pencegahan dan penanggulangan penyakit chikungunya, seperti membentuk kelompok kerja operasional (Pokjanal) dengn melibatkan berbagai unsur seperti PKK, Bapemas, Dinas Pendidikan dan instansi lain.
Kepala Biro Adm. Kesejahteraan Rakyat Setdaprov Jatim, Drs Siswanto MM mengatakan, dari data pemantauan terhadap penderita chikungunya pada tahun 2009 di empat wilayah kabupaten, antara lain Kabupaten Malang terdapat 834 penderita yang tersebar di 17 desa, di Kabupaten Mojokerto ada 2 desa dengan penderita sejumalah 16 orang. Sedangkan di Kabupaten Pasuruan sejumlah 713 orang juga menderita chikungunya yang tersebar di 4 desa, untuk Kab Ponorogo sejumlah 417 penderita menyebar di 22 desa.
 Dari hasil tersebut pada Triwulan I tahun 2010 mengalami peningkatan yang cukup signifikan. yakni Kabupaten Malang  terdapat 607 penderita tersebar di 20 desa, Pasuruan 210 penderita tersebar di 15 desa, Bondowoso 330 orang penderita tersebar di satu desa, Pacitan 81 penderita tersebar di 10 desa, Trenggalek 25 penderita tersebar di dua desa dan terakhir Kota Madiun 17 penderita tersebar di dua desa.
Siswanto mengharapkan dengan rakor ini peserta lebih memahami, mengetahui penyebarannya chikungunya kemudian mengambil upaya-upaya untuk mencegahnya. Pada rakor mengundang dua pembicara, yaitu Kepala Dinas Kesehatan Jatim, dr. Pawik Supriadi, Sp.JP(K)  dan Akademisi dari Unair Prof Soegeng Soegijanto.
dr. Pawik Supriadi dalam materinya yang berjudul Perkembangan Dan Masalah Penyakit Chikungunya Di Jatim, mengatakan  demam chikungunya disebabkan oleh virus chikungunya dengan  gejala utama demam, nyeri persendian/otot, dan bercak kemerahan di kulit. Penyakit ini cenderung menimbulkan keadaan luar biasa (KLB) terhadap bentuk tubtuh atau bungkuk. Mengacu pada postur penderita yang membungkuk akibat nyeri sendi  hebat (Arthralgia). Chikungunya berasal dari bhs Swahlii yang berarti berubah.
Sementara itu Prof Soegeng, dalam materinya Penggerakan Masyarakat Dan Upaya Pencegahan Penyakit Chikungunya Di Jatim,  menyampaikan  di Indonesia, demam chikungunya dilaporkan pertama kali di Samarinda tahun 1973. Kemudian berjangkit di Kuala Tungkal, Jambi, tahun 1980. Tahun 1983 merebak di Martapura, Ternate, dan Jogjakarta
Di Jawa Timur, pertama kali dilaporkan terjadinya chikungunya di Kota Surabaya pada tahun 2002 kemudian Magetan. Selanjutnya pada tahun 2003 KLB terjadi di Jember, Jombang, Mojokerto, Pasuruan dan Gresik. Dari semua kasus yang ditemukan tidak ditemukan kasus kematian
”Dibandingkan dengan demam dengue manifestasi klinik chikungunya sangat mendadak menunjukkan gejala demam yang sangat dan memerlukan pengamatan para medis selama beberapa hari,” tutur Soegeng.
 Menurutnya, lima puluh persen anak-anak yang mengidap infeksi virus chikungunya menunjukkan gejala panas berakhir dalam kurun waktu 72 jam. Manifestasi panas pada demam dengue rata-rata dua hari lebih lama. (sar)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait