Jumat, 29 Maret 2024

BALITA GIZI BURUK, 45 PERSEN AKIBAT SALAH ASUH

Diunggah pada : 25 Februari 2010 14:15:33 1
thumb

Dari data Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jatim, pada tahun ini tercatat 77.500 balita di Jatim yang mengalami gizi buruk. Sekitar 45 persen di antaranya dikarenakan  orang tua salah dalam mengasuh anaknya atau lebih sering dititipkan pada pembantu, sehingga dari pola makan dan asupan gizin kurang terjaga.
Kepala Dinkes Provinsi Jatim, Dr Pawik Supriadi saat dikonfirmasi, Kamis (25/2) menjelaskan, kasus salah asuh oleh orang tua kebanyakan dilakukan oleh pembantu hendaknya menjadi perhatian khusus orang tua. Jika tidak, jumlahnys bisa bertambah.
Ia menuturkan, seringnya anak makan makanan yang kurang sehat, seperti jajan yang mengandung bahan pengawet juga bisa merangsang terjangkitnya gizi buruk. ”Jika tidak ada pemahaman dari orang tua akan pentingnya merawat anak  dengan memberikan kebutuhan gizi secara tepat, sangat mungkin bayi mudah terjangkit gizi buruk,” ujarnya.
Selain faktor salah asuh, 25 persen karena kebutuhan pangan yang tidak tercukupi atau jarang makan, dan 25 persen juga karena faktor penyakit kronis, lima persennya karena kondisi fisik bayi lemah.
Guna menekan angka penderita gizi buruk dan kurang gizi, pihaknya telah mencanangkan Gerakan Masyarakat Sadar Gizi yang dilakukan beberapa saat lalu di pendopo Kabupaten Sidoarjo yang dibuka oleh Wakil Gubernur Jatim Saifullah Yusuf.
Seperti yang pernah disampaikan oleh Wagub, ujar Pawik, pencanangan program itu dilakukan untuk menekan angka gizi buruk maupun masyarakat kurang gizi secara bersama-sama. Sebab, menekan angka gizi buruk dan kurang gizi adalah tanggung jawab bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Dia pun menjelaskan lima poin penting sebagai upaya peningkatan gizi bagi balita, yaitu meningkatkan berat badan masyarakat secara teratur, menggalakkan Air Susu Ibu (ASI) eksklusif selama 0-6 bulan, makan beraneka ragam, mengkonsumsi garam beryodium, dan makan atau minum suplemen gizi sesuai anjuran (vitamin A dan tablet Fe).
Dia juga  mengimbau pada para orang tua untuk lebih aktif mengikutsertakan putra-putrinya yang masih balita untuk periksa di Posyandu tiap bulan. Dengan demikian, tumbuh kembang bayi akan dapat terus dipantau dengan KMS (Kartu Menuju Sehat) sebagai alat pantau pertumbuhan. ”Jika ada gejala gizi buruk bisa langsung ditangani dan dirujuk ke rumah sakit,” tuturnya.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait