Jumat, 29 Maret 2024

MUI; AIR TIBAN DI BLITAR SERING TERJADI

Diunggah pada : 29 Desember 2009 13:10:19 15
thumb

Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kabupaten Blitar menyatakan air tiban yang dapat digunakan obat sering terjadi di Blitar. Kali ini air tiban muncul di Kacamatan Bakung Kabupaten Blitar, sebelumnya air tiban terjadi pada 1998 di Kecamatan Desa Soso Kecamatan Gandusari.
Sekertaris Umum MUI Kabupaten Blitar H Ahmad Suudy saat dihubunggi melalui telepon genggamnya, Selasa (29/12) mangatakan, saat ini air tiban itu telah diteliti kandungannya oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Blitar.
Masyarakat diimbau untuk tidak mempercayai air tersebut dapat menyembuhkan orang sakit. “Yang dapat menyembuhkan orang sakit hanya Allah, sedangkan air itu sebagai perantara,” katanya.  Untuk itu, Ia meminta mayarakat berdoa sebelum mengkonsumsi air tiban itu.
Dikatakannya, disaat musim penghujan seperti sekarang ini air tiban sering muncul di wilayah Blitar. Sehingga pihaknya menganggap kejadian ini hal yang wajar. “Seperti di Desa Soso pada 1998 lalu kejadian seperti ini tidak berlangsung lama,” katanya.
Air tiban muncul di Desa Bakung Kecamatan Bakung ditemukan oleh dua janda Kasemi dan Usrek yang sedang mengobrol di ladang jagungnya pada 16 Desember. Saat mencabut rumput terjadi rembesan air  yang saat ini banyak dicari orang untuk obat. Lahan itu dikelola dua janda yakni Nonya Usrek, 40, dan bibinya Nonya Kasemi, 60.
Ladang jagung itu merupakan tanah bengkok Desa Bakung. Luasnya sekitar satu hektar dan berada di atas tebing bukit kapur. Air untuk bercocok tanam hanya mengandalkan dari hujan saja, karena memang tidak mungkin ada sumber dari tanah kapur seperti itu.
Semula Kasemi dan Usrek tidak mengetahui bahwa air rembesan dapat digunakan obat, hal itu baru keketahi setelah salah satu orang dari Kacematan Wlingi Blitar mencari obat untuk penyakit rematik menahunya. Setelah orang Wlinggi tersebut sembuh  kabar ini menyebar diantaranya ke daerah lain.
Saat ini air tersebut dijaga oleh warga, hal ini dikerenakan orang yang datang mencari air tersebut dan berdesak-desakan. Saat ini untuk menertibkan orang yang mencari air tersebut dalam pengambilan air hanya dilayani oleh Kasemi dan Usrek secara bergantian.
Karena yang datang semakin banyak, perangkat desa dan warga sekitar mengatur antreannya sejak tiga hari lalu. Pengawasan Sumber Air Rondo Kembar melibatkan perangkat dua desa yakni Desa Bakung dan Desa Sumberdadi. Ini karena lokasi sumber air masuk wilayah Desa Bakung, tapi akses jalan menuju ke sana masuk Desa Sumberdadi.
Dari Kota Blitar lokasinya sekitar 35 km sebelah selatan, menuju Monumen Trisula kemudian ke barat lalu belok ke utara sekitar satu kilometer. Jalannya masih bebatuan atau makadam. Dari jalan tersebut, warga harus turun ke lokasi ladang sekitar 100 meter baru sampai ke sebuah gubuk dari terpal.
Setiap warga yang datang tidak dipungut biaya, hanya diminta mengisi kaleng sumbangan sukarela yang diletakkan tepat di pintu masuk. Hingga kemarin sudah terkumpul Rp 3 juta lebih.
 Zulaikan salah seorang warga yang mengambil air mengatakan, meski tidak mempunyai kluhan penyakit dirinya nekad mencari air, “Ini digunakan apabila sewaktu-waktu dirinya dan keluarganya ada yang sakit, tutur ibu dua anak tersebut.
Setiap hari warga antre mulai pagi hingga malam hari. Masing-masing membawa botol minuman. Mereka meyakini air itu berkhasiat menyembuhkan berbagai penyakit seperti kencing manis, rematik, tipus dan stroke.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait