Rabu, 24 April 2024

KONSERVASI MANGROVE DAN TERUMBU KARANG HARUS DIPRIORITASKAN

Diunggah pada : 3 Desember 2009 14:56:12 283
thumb

Memperingati Hari Nusantara (Harnus) X di Jatim, Wakil Gubernur Jatim, Drs H Saifullah Yusuf menegaskan pada seluruh pihak baik pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat untuk dapat memprioritaskan rehabilitasi dan konservasi mangrove dan terumbu karang di Pesisir Jatim. Ini disampaikannya saat membuka Konferensi Regional Pengelolaan Sumberdaya Selat Madura di Tunjungan Plaza Surabaya, Kamis ( 3/12).Ia menuturkan, upaya konservasi tersebut dapat menjadi upaya bersama dalam menjaga dan melestakan ekosistem pesisir dan untuk menghindari dampak perubahan iklim global. ”Pemprov Jatim, melalui Dinas Perikanan dan Kelautan harus dapat meningkatkan upaya konservasi. Pasalnya, potensi hasil laut juga dipengaruhi kondisi mangrove dan terumbu karang. Jika rusak maka ikan juga akan pergi,” ungkapnya.Dengan kondisi mangrove dan terumbu karang yang baik di Pesisir Jatim, lanjut dia, maka ini dapat berfungsi sebagai penahan abrasi garis pantai, melindungi habitat laut, sebagai makanan olahan hingga bahan kosmetik, dan tentunya juga dapat menghasilkan pasir laut.Seperti diketahui, kerusakan terumbu karang di Jatim kini hampir 60 persen. Sementara untuk hutan mangrove atau biasa disebut hutan bakau yang terdapat hampir di seluruh pantai di Jatim, dari total seluas 85.000 Ha atau 6,24 persen dari luas hutan di Jatim, 15 persennya atau sekitar 13.000 Ha dalam kondisi rusak.Dinas Perikanan dan Kelautan (Disperikla) Jatim, Ir Kardani MM menuturkan, rata-rata itu terjadi akibat tekanan karena fungsi kepentingan wilayah pesisir yang menyebabkan terjadinya penebangan mangrove dan penangkapan ikan dengan bahan peledak yang menyebabkan kerusakan terumbu karang.Ia menuturkan, secara biologis mangrove dan terumbu karang tumbuh di pantai yang landai dengan kondisi tanah berlumpur atau berpasir. Keduanya tidak dapat tumbuh pada pantai yang terjal dan berombak besar.Adapun penyebab kerusakan mangrove dapat terjadi dari proses alami maupun akibat dari aktivitas manusia. Untuk proses kerusakan alami, rata-rata disebabkan karena abrasi pantai dan gelombang pasang besar, seperti tsunami dan angin topan. Sedangkan dari gangguan atas akibat dari aktivitas manusia lebih banyak diakibatkan oleh adanya penebangan kayu, reklamasi pantai untuk perluasan pemukiman, industri, bisnis dan perluasan tambak untuk budidaya tambak maupun produksi garam.Sedangkan kerusakan terumbu karang yang terjadi, pada dasarnya lebih banyak disebabkan oleh proses ekploitasi dan penangkapan ikan yang berlebihan, faktor alam seperti bencana, serta polusi yang terjadi di perairan melalui erosi daerah aliran sungai sehingga terumbu juga terkena dampaknya. Selain itu, kerusakan juga bisa terjadi karena pengambilan terumbu karang oleh oknum yang tidak bertanggung jawab, dengan bahan kimia (potassium cyanide) yang biasanya dijadikan bahan baku kerajinan dan bahan bangunan dan kerajinan.Maka dari itu, tambah Kardani, dengan upaya konservasi dan rehabilitasi antara pemerintah, masyarakat, serta dunia industri, seperti halnya diungkapkan oleh wagub, ia yakin kerusakan tersebut dalam beberapa tahun ke depan pasti dapat berkurang.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait