Jumat, 29 Maret 2024

AIR DI AHES KURANG SISA CHLOR

Diunggah pada : 29 Oktober 2009 13:31:25 8
thumb

Air yang digunakan untuk keperluan Asrama Haji Embarkasi Surabaya (AHES) masih kekurangan sisa chlor. Untuk itu pihak Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) selaku Tim Kesehatan Haji Indonesia (TKHI) untuk Embarkasi Surabaya melakukan pemeriksaan setiap hari. Kepala Seksi Pengendalian dan Karangtina KKP di AHES Ach Faridy FQ ST MKes, di Kantornya, Kamis (29/10) mengatakan, pemeriksaan ini dilakukan untuk menetralkan kembali chlor sesuai dengan ketentuan. Air baik untuk konsumsi dan mandi memiliki standar chlornya berkisar 0,2-0,5 ppm. Saat ini sisa chlor air yang ada di AHES rata-rata 0,1 ppm. Ada lima tempat yang digunakan untuk menampung air. Empat tempat dari air sumur dan satu tempat dari air PDAM. Air sumur digunakan untuk keperluan jamaah seperti mandi, sedangkan air PDAM digunakan untuk masak katering di AHES. Dia mengatakan, TKHI akan menambahkan chlor untuk air yang kurang sisa chlornya. Penambahan chlor dilakukan dengan menambahkan kaporit di tempat penampungan air tersebut. “Untuk ukuran penambahan seberapa chlor yang harus ditambahkan perlu menghitung menggunakan kakulator, kerena ada rumusnya dan disesuaikan dengan kondisi airnya,” paparnya.Selama ini Air di AHES dinilai kurang sisa chlor. “Ini biasa untuk air PDAM, chlor kan sifatnya menguap, maka pas sampai di konsumen sisa chlornya berkurang,” ujarnya. Dikatakannya, air untuk konsumsi maupun untuk mandi syarat sisa chlornya sama antara 0,2-0,5 ppm. Berbeda untuk kolam renang yang jauh lebih besar chlornya. Dijelaskanya, air untuk kebutuhan sehari-hari apabila kekurangan chlor dapat mengakibatkan penyakit yang penyebarannya melalui air, seperti diare. “Haji ini kan di karangtina, untuk menjaga kesehatannya maka jangan sampai terkena penyakit, sehingga dapat diterima saat pemeriksaan di Tanah Suci,” paparnya.“TKHI melakukan pengecekan meliputi fisik, dan kimia yang dilakukan setiap hari,” ujarnya. Untuk fisik, TKHI memerikasa air itu dari kejernihan air, ait tidak berbau, dan tidak berwarna apabila sudah melalui hal tersebut dilanjutkan ke pemeriksaan tingkat kimia. Untuk pemeriksaan kimia meliputi pemeriksaan ph, suhu dan chlor. Untuk suhu air sesuai standar yaitu 3 derajat Celcius. Sedangkan utuk kelembapan berkisar 6,5-8,5 ph. Tidak hanya air yang menjadi kegiatan fokus pemeriksaan, setiap hari TKHI memeriksa sampel makanan yang diberikan pada jamaah haji. “Sisa makanan ini akan dijadikan sampel apakah kebersihannya memenuhi kriteria,” ujarnya.TKHI juga membagi tim pemeriksa untuk membasmi lalat dan kecoak yang ada di sekitar AHES. Ada klasifikasi sendiri untuk bahan pembasmi lalat, apabila jumlah lalat kurang dari dua per 30 detik maka tergolong rendah dan tidak ada penanganan. Untuk jumlah lalat lebih dari dua hingga lima per 30 detik akan disemprot menggunakan sulfak. Zat ini tidak berbau dan tidak bahaya apabila mengenai makanan. Sedangkan jumlah lalat lebih dari lima akan dibasmi dengan mustang. Obat ini berbau dan bahaya untuk makanan. Untuk pembasmian kecoa dilakukan tiga kali penyemprotan dalam satu minggu.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait