Kamis, 18 April 2024

PERTEMUAN D-8 NEGARA DIHARAPKAN UNTUNGKAN PETERNAKAN JATIM

Diunggah pada : 8 Oktober 2009 10:16:05 7
thumb

Pertemuan D-8 negara yang dilaksanakan di Kota Surabaya diharapkan dapat menguntungkan seluruh anggota D-8 negara terutama Jatim dan Indonesia khususnya di sektor usaha peternakan swasta maupun peternakan rakyat di Jatim. Gubernur Jawa Timur, Dr H Soekarwo SH dalam sambutanya pada acara Diner The 1st D-8 Working Group on Animal Feed, di Gedung Negara Grahadi Surabaya, Rabu (7/10) malam mengatakan, Surabaya dipilih menjadi tempat penyelenggaraan pertemuan karena rakyat Jatim mempunyai karakter yang terbuka, ramah, peduli, dan apa adanya sehingga mudah menerima perubahan yang bersifat positif dan membangun. Jatim mempunyai potensi yang cukup besar dalam usaha petrenakan, bahkan Jatim dijuluki sebagai gudang ternak di Indonesia. Populasi ternaknya antara lain sapi potong 3.384.902 ekor, sapi perah 212.322 ekor, kerbau 49.700 ekor, babi 15.582 ekor, ayam buras 23.261.021 ekor, ayam ras petelur 20.886.094 ekor, ayam ras pedaging 54.317.802 ekor, dan itik 3.583.010 ekor. Selain itu, Jatim juga mempunyai ternak asli atau plasma nutfa yang merupakan pure breed antara lain sapi Madura, domba ekor gemuk, ayam bekisar, sapi galekan, sapi rambon, dan jenis unggas lainnya yang membutuhkan perhatian dari semua pihak dalam upaya pelestariannya. Dengan jumlah populasi yang cukup besar tersebut dibutuhkan ketersediaan pakan yang mencukupi dengan kualitas sesuai dengan kebutuhan, fase pertumbuhan dan umur produksi masing-masing ternak. Pada 2008 terdapat 14 buah produsen pakan dengan total produksi 2.658.000 ton/tahun untuk mencukupi kebutuhan pakan unggas di Jatim. Sedangkan untuk ternak ruminasia kebutuhan pakan berupa hijauan dipenuhi oleh kebun HMT, rumput lapangan, hasil ikutan pertanian, pekerbunan, perikanan dan agroindustri yang diolah oleh produsen pakan komplit dan konsentrat sebanyak 64 buah yang merupakan produsen skala kecil menegah (koperasi dan perorangan). Potensi pengembangan produsen pakan masih terbuka untuk penyediaan pakan di Indonesia bagian timur yang tidak mempunyai pabrik pakan sendiri. Sedangkan untuk pengembangan produsen pakan skala kecil menengah lebih ke arah mini feedmill yang memproduksi pakan ruminansia menggunakan bahan baku pakan lokal yang berasal dari hasil ikutan pertanian, perikanan, perkebunan, agroindustri. Lebih lanjut Soekarwo menuturkan, pertemuan anggota D-8 ini untuk membahas masalah pakan ternak diharapkan dapat meningkatkan peran negara berkembang dalam perekonomian dunia, memperluas dan menciptakan peluang baru dalam hubungan perdagangan, meningkatkan partisipasi negara dalam pengambilan keputusan di tingkat internasional dan mengupayakan peningkatan taraf hidup bagi rakyatnya. Pertemuan ini diharapkan agenda yang direncanakan dapat berjalan dengan baik dan lancer, yaitu mengadakan kerjasama di bidang Research and Development, terbentuknya information centre berbasis internet, pengembangan capacity building melalui program pertukaran informasi antar stakeholders dan adanya harmonisasi kebijakan pemerintah terkait spesifikasi produk dan fasilitasi sektor pemerintah untuk pengajuan kredit kredit invetasi. Mengingat kondisi dan potensi sumber daya alam yang hampir sama di Negara D-8 maka sangat wajar jika ada beberapa masalah yang serupa pula sehingga forum ini bisa dimanfaatkan sebagai upaya kerjasama dalam menyelesaikan dan mencari solusi permasalahan yang ada. Permasalahan yang dihadapi pabrik pakan di jatim dan di Indonesia umumnya adalah ketersediaan bahan baku pakan cukup melimpah tetapi belum seluruhnya dimanfaatkan dan dikelola secara maksimal dan ekonomis sehingga masih banyak bahan baku yang tergantung dari impor.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait