Jumat, 19 April 2024

Rekayasa Genetik Mangga Ekspor PEMANTAUAN DAN UJI MORFOLOGI TERUS DILAKUKAN

Diunggah pada : 6 Oktober 2009 14:05:05 77
thumb

Dalam rangka mendapatkan hasil mangga ekspor terbaik di Jatim, Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Jatim telah melakukan upaya rekayasa teknologi genetik mangga ekspor. Kini, Balitbang dibantu dengan pakar dari Universitas Brawijaya Malang terus melakukan pemantauan dan uji morfologi.Kepala Bidang Sumber Daya Alam dan Teknologi Balitbang Jatim, Sunarto di kantornya, Selasa (6/10) menjelaskan, uji morfologi ini dilakukan untuk mengetahui DNA mangga. Jika dihasilkan yang terbaik maka akan dikembangkan. Namun, ini tidak dapat diketahui saat ini, karena proses pembungaan diperkirakan baru akan berlangsung pada Desember mendatang.Ia menuturkan, jika pembungaan dapat terjadi pada Desember, maka mangga akan dapat berbuah pada 2010 mendatang. Namun, nantinya pemilihan hasil mangga yang terbaiklah yang akan dipatenkan menjadi varietas baru arum ayu.Dalam proses morfologi, pihaknya melakukan proses evaluasi pada bentuk buah, warna kulit, dan daging buah. Selain itu, poses lain yang juga menunjang terbentuknya varietas baru, yakni uji agronomis yang dilihat dari proses umur berbunga dan berbuah, ukuran, bobot, diameter batang, lebar dan panjang daun, jumlah cabang dan daun. Sementara untuk proses fisiologis, lebih ditekankan pada analisa kadar gula, betakorotin, dan kadar asam buah.Dari sejumlah uji dan pemantauan yang dilakuan, sangat diharapkannya mampu menghasilkan varitas baru yang diberi nama Arum Ayu. Pasalnya, rekayasa genetik mangga ekspor ini dilakukan melalui proses penyilangan mangga Arumanis asal Pasuruan, mangga Podang asal Kediri, dan mangga Carabao dari Filipina.Dalam memantau perkembangannya, pihaknya pun juga sempat meinjaju bersama dengan badan pengawas di lokasi langsung pada Agustus lalu. Dengan adanya penelitian ini, diharapkan dapat menghasilkan mangga baru dengan induk Arumanis yang berkulit kuning dan tahan simpan.Ia menuturkan, penelitian mangga ekspor ini, kini telah memasuki tahap top working, yakni upaya mempercepat hasil silangan dengan mengambil bagian pucuk sebagai bahan serta menyambungkan antara pucuk tanaman hasil silangan sebagai batang atas dengan tanaman dewasa sebagai batang bawah.Penyambungan tersebut dilakukan di KBBI Pohjentrek sejak Mei 2008, karena diperkirakan pada bulan tersebut tanaman memasuki fase aktif tumbuh, sehingga sambungan diharapkan berhasil. Adapun waktu yang dibutuhkan dari pemotongan bawah sampai tunas siap disambung, memerlukan waktu sekitar 3 bulan.Sebelum tahap top working dilakukan, pada dasarnya terdapat tiga tahap yang telah dilakukan sebelumnya, yakni pertama menumbuhkan bibit hasil silangan Arumanis dengan Carabao di screen house (ruang yang bertirai kain tranparan di tanah lapang/rumah kasa). Ini dilakukan, karena mangga bersifat poliembrio, maka setiap biji hasil silangan yang sudah ditanam di polibag beranak satu atau lebih.Sesudah berdaun empat, maka tanaman tersebut akan dipisah sehingga setiap polibag berisi satu tanaman saja. Bibit tersebut diletakkan di dalam screen house agar tidak dimakan belalang atau serangga lain dan lokasi penanamannya di Malang, sampai cukup besar untuk ditanam ditanah lapang yakni setinggi 1 meter.Tahap kedua, yakni seleksi secara molekuler hasil persilangan Arumanis143 dengan Carabao dengan menggunakan PCR di Malang dengan hasil silangan pada 2007 sebanyak 74 tanaman. Ketiga, yakni penanaman hasil silangan antara Arumanis 143 dengan Podang dan Swarnarika di lahan.Adapun hasil silangan terdapat 176 tanaman yang berumur 1 tahun ditanam di Kebun Balai Benih Induk (KBBI) Pohjentrek, Pasuruan dengan luas lahan 0,75 Ha untuk menanam 250 tanaman dengan jarak 5x5 meter. Mula-mula dibuat lubang tanam dengan ukuran 60 cm x 60 cm x 60 cm, selanjutnya diisi pupuk kandang yang dicampur top soil sampai tinggi mencapai 30 cm dari dasar lubang tanam.Setelah 2-3 minggu, bibit ditanam dan diberi air. Lalu diberi pupuk berupa NPK dan Urea sebanyak 200 gram setiap lubang tanam. Pemupukan diulang setiap 3 bulan dan penyiraman dilakukan selama musim kemarau.Ia menambahkan, dengan penelitian ini dapat meningkatkan ekspor mangga Jatim dengan memperbaiki kualitas buah, dapat menambahkan pendapatan masyarakat dan negara khususnya Jatim, dan sebagai bentuk pelestarian klon mangga unggulan Jatim.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait