Kamis, 25 April 2024

PENELITIAN ATBK, PANEN KEDUA DILAKUKAN OKTOBER

Diunggah pada : 14 September 2009 14:23:37 26
thumb

Panen padi, jagung manis, dan lombok telah dilakukan pada Juli lalu dari hasil penelitian dan pengembangan (litbang) Agribisnis Terpadu Berbasis Kawasan (ATBK) yang dilakukan Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Jatim di Desa Kurung, Kecamatan Kejayan, Kab Pasuruan. Dari sukses panen pertama itu, rencananya, panen kedua dapat dilakukan pada Oktober mendatang.Kepala Bidang Sumber Daya Alam dan Teknologi Balitbag Jatim, Sunarto di kantornya, Senin (14/9) menjelaskan, panen kedua memang ditargetkan selama dua bulan sejak menanam bibit kedua pada Agsutus lalu. Saat ini proses penanaman kedua telah berhasil dilakukan dan masa pertumbuhannya juga lebih baik dari pada proses penanaman pertama.Ia menuturkan, rencananya panen kedua juga akan dilakuka bersamaan dengan hasil perikanan ATBK berupa ikan nila yang sudah ditebar benihnya sejak Juli. ”Biasanya ikan nila sudah dapat dipanen paling tidak pertumbuhannya mencapai empat bulan. Sehingga, panen kedua ATBK dapat menuai hasil yang lebih besar, karena ditambah ikan nila,” ungkapnya.Menurutnya, saat masa panen ikan nila itu, anntinya dapat diekmbangkan pula menjadi kolam pancing yang dapat digunakan untuk umum dan dikelola sendiri oleh masyarakat.Sebelumnya, pemilihan jenis ikan yang akhirnya dipastikan ikan nila, berawal dari usulan masyrakat. ”Bagi mereka, pertumbuhan nila selama empat bulan sudah cukup besar da dapat dipanen. Untuk harga jualnya pun juga lumayan menguntungkan,” tuturnya. Selain itu, pemilihan ikan nila ini juga telah dipertimbangkan pula oleh peneliti dari Universitas Brawijaya tentang kelebihannya untuk diternakkan.Dalam rangka mengembangkan, litbang ATBK ini, pihaknya pada 2009 ini pula akan membuat sumur bor untuk pengairan di lokasi ATBK dengan menggunakan dana PAK. Penambahan sumur bor tersebut dilakukan untuk menunjang litbang ATBK yang lokasinya memiliki tekstur tanah yang kering, sehingga perlu pengairan yang lebih banyak.”Dari potensi tanah untuk pertanian di Desa Kurung memang sudah cukup baik. Namun, kendala yang kerap terjadi di Dewsa Kurung adalah faktor pengairan irigasi tidak lagi dapat dilakukan atau sudah mati, sehingga untuk area pertanian menjadi kurang,” ungkapnya.Untuk itu, melalui litbang ATBK ini, sektor pertanian dapat kembali dikembangkan dengan bantuan tambahan sumur bor. Saat ini untuk sumur bor telah banyak digali. Dari sumur yang digali, rata-rata dapat mengalirkan air tanah tanpa menggunakan pompa air, karena kedalaman pengeboran dilakukan mencapai kedalaman 120-180 meter.”Pada akhir 2009, pengeboran akan dilakukan untuk penambahan sumber pengairan. Jika nantinya masih kurang, maka pengeboran akan dilanjutkan lagi pada 2010,” tuturnya. Namun, untuk jumlah sumur yang akan dibor, ia belum dapat memastikan berapa juml;ah yang diperlukan. ”Soal jumlah sumur akan disesuaikan dengan kebutuhan di lokasi. Pasalnya, jika terlalu banyak sumur yang dibor, maka sumber air pun akan cepat habis dan itu dapat merugikan petani,” bebernya.Seperti diketahui, untuk melakukan pengeboran ini, Balitbang mendapatkan dana anggaran dari PAK untuk penelitian pada 2009 sekitar Rp 4 miliar. Dari total PAK tersebut nantinya akan dimaksimalkan untuk penelitian yang lebih inovatif. ”Ini juga sesuai hasil koordinasi dengan Kepala Bappeda Provinsi Jatim, Hadi Prasetyo yang telah menghasilkan disepakati angaran PAK yang diturunkan antara Rp 3-4 miliar. Rencananya, PAK 2009 ini akan dimaksimalkan untuk target penelitian dan pengembangan yang mengedepankan inovasi, bukan lagi untuk penelitian kebijakan, seperti litbang ATBK,” pungkasnya.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait