Rabu, 24 April 2024

JATIM HARUS LAKUKAN PERCEPATAN DIVERSIFIKASI PANGAN

Diunggah pada : 8 Mei 2009 14:22:14 11
thumb

Badan Ketahanan Pangan (BKP) Provinsi Jawa Timur menilai Jatim harus melakukan percepatan diversifikasi pangan. Hal itu dilakukan untuk mengurangi ketergantungan terhadap beras, karena masih banyak jenis pangan lain yang memenuhi nilai gizi setipe dengan beras.Kepala Bidang Penganekaragaman dan Konsumsi, Ir Apriyanto MM di kantornya, Jumat (8/5) menjelaskan, penganekaragaman konsumsi pangan atau diversifikasi pangan merupakan beraneka ragamnya jenis pangan yang dikonsumsi penduduk. Yakni mencakup pangan sumber energi, protein, dan zat gizi lainnya, dalam bentuk bahan mentah maupun pangan olahan, sehingga dapat memenuhi kebutuhan pangan penduduk baik kuantitas maupun kualitas. Untuk itu, masih banyak bahan pangan lain yang bisa dijadikan alternatif pangan.Diversifikasi mulai dikumandangkan pada 1974 melalui Instruksi Presiden No 14/1974 tentang Perbaikan Menu Makanan Rakyat (PMMR) yang kemudian direvisi dengan Inpres No 20/1979 tercantum dalam Pelita IV dan Pelita V, fokus PMMR pada penganekaragaman pangan pokok non beras.Makanan pokok masyarakat Indonesia berupa beras harus diversifikasi, karena produksi padi tidak selamanya ada. Sedangkan makanan pengganti beras banyak jumlahnya dan mempunyai nilai kandungan gizi yang sama dengan beras. Selain itu, lahan-lahan mulai berubah fungsi dalam jumlah 3.800 hektare per tahun dari lahan pertanian menjadi lahan pemukiman. Kondisi air pun mulai berkurang dan penggundulan hutan dimana-mana.Untuk itu, BKP melakukan penyuluhan kepada kelompok-kelompok tani, PKK maupun UKM agar lebih kreatif dan mulai untuk diversifikasi pangan (beras). BKP juga melakukan MoU (Memorandum of Understanding) dengan stakeholder dan melakukan kajian-kajian tentang diversifikasi pangan di perguruan tinggi negeri maupun swasta. Saat ini, diversifikasi pangan adalah mi instan, padahal mi bahan dasarnya dari terigu. Terigu merupakan bahan impor dengan jumlah 6 juta ton per tahun. Hal ini tentu berdampak negatif bagi perekonomian Indonesia.Konsumsi energi yang dianjurkan adalah 2.000 K.kal/kap/hari sedangkan untuk protein sebesar 52 gr/kapita/hari. Di Jepang, konsumsi padi-padian sebesar 30% sedangkan di Indonesia sebesar 60%. Konsumsi beras nasional 1999 sebesar 116,47 kg/kap/th. Pada 2002 sebesar 109,70 kg/kap/th dan 2005 sebesar 104, 17 kg/kap/th. Di Jatim, konsumsi beras 1999 sebesar 97,04 kg/kap/th, 2002 sebesar 93,80 kg/kap/th dan 2005 94,35 kg/kap/th. Dari data yang ada, menunjukkan Jatim masih tinggi konsumsi terhadap beras. Data diperbaharui setiap 3 tahun dan dijadwalkan Juli 2009 akan dilakukan pembaharuan data konsumsi pangan nasional maupun Jatim.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait