Kamis, 28 Maret 2024

NILAI TUKAR PETANI JATIM TURUN

Diunggah pada : 7 Mei 2009 14:14:10 4
thumb

Nilai Tukar Petani Jawa Timur (NTP-JT) mulai Januari-Maret 2009 terus turun. Pada Maret 96,13 (2007=100) atau turun 0,40% dibanding Februari 96,52. Sedangkan Februari tercacat 96,52 atau turun 0,21% dibanding dengan Januari yakni 96,72. Sementara NTP pada awal tahun 2009 turun 0,30% dari 97,01 menjadi 96,72. Turunnya NTP pada triwulan pertama 2009 disebabkan indeks harga yang diterima petani naik sebesar 0,14%, sedangkan indeks harga yang dibayar petani naik 0,55%. Kepala Bidang Statistik dan Distribusi Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Timur, Ir Adi Nugroho di kantornya, Kamis (7/5) mengatakan, NTP merupakan perolehan dari perbandingan indeks harga yang diterima petani terhadap harga yang dibayar petani (dalam prosentase). Hal ini merupakan salah satu indikator nilai tukar (term of trade) dari produksi pertanian terhadap barang dan jasa yang dikonsumsi rumahtangga keluarga petani, maupun biaya produksi pembentukan barang modal meningkat. Semakin tinggi NTP berarti semakin tinggi pula daya beli petani, jika NTP turun berarti daya beli petani kurang rendahTurunnya NTP pada Maret 2009 karena dipengaruhi empat subsektor yakni; sub sektor perikanan (NTP-Pi) turun 4,85% dari 103,23 menjadi 98.23, sub sektor pertanian seperti tanaman perkebunan rakyat (NTP-Pr) turun 1,73% dari 102,19 menjadi 100,42, sub sektor tanaman bahan pangan (NTP-P) turun indeks harga 1,16% yakni dari 90,77.menjadi 89,71 dan sub sektor peternakan (NTP-Pt) turun 0,16% dari 106,56 menjadi 106,39. Satu-satunya sub sektor yang naik yakni sub sektor hortikultura (NTP-H) naik 4,60% yakni dari 100.10 menjadi 104.70%.Selain itu, indeks harga yang diterima petani (It) menunjukkan fluktuasi harga komoditas pertanian yang dihasilkan petani. Pada Maret 2009 indeks harga yang diterima petani naik 0,14% dibanding Februari 2009, dari 115.16 menjadi. 115,32. Kenaikan tersebut dipengaruhi naiknya indeks harga pada sub sektor hortikultura dan sub sektor peternakan. Indeks sub sektor hortikultura naik paling tinggi dibandingkan lainnya yakni 5,17% dari 119,32 menjadi 125,49. Komoditas utama yang menyebabkan naiknya harga sub sektor hortikultura adalah naiknya cabe rawit 13,84%%, kol/gubis naik 11,02%, duku naik 9,86%, bawang merah 9,56% dan semangkan naik 9,37%. Sedangkan komoditas yang menghambat adalah turunnya harga kentang 7,79%, ketimun 5,59%, wortel 3.01%, apukat 1,92 dan kacang panjang turun 1,93%.Sub sektor peternakan naik 0,42% dari 126,98 menjadi 127,51 semua komoditas peternakan naik yakni ayam naik 2,17%, telur naik 1,90%, itik/bebek naik 0,97%, sapi potong naik 0,090% dan kambing naik 0,04%. Komoditas yang menghambat kenaikan harga tersebut adalah turunnya harga merpati/burung dara 0,24%.Sub sektor perikanan turun 4,82% dari 119,97 menjadi 114,19%, penyebab turunnya komoditas ini adalah turunnya harga ikan kembung 14,29%, ikan tongkol 11,42%, ikan lemuru turn 9,26%, ikan cakalang turun 8,03 dan ikan selarn turun 7,89%. Yang menghambat adalah naiknya harga ikan tembang 22,73%, ikan lele naik 1,57%, udang 0.,57% dan kepiting lalut naik 0,48%. Sub sektor tanaman perkebunan rakyat turun 1,11%% dari 122,32 menjadi 120,95. Komoditas utama yang menyebabkan turunnya sektor ini adalah turunnya harga cokelat biji kering sebesar 16,67%, tembakau daun kering 4,78%, kopi biji kering 3,40% dan cengkeh naik 0,475. Komoditas yang menghambat adalah turunnya harga ini adalah naiknya cengkeh 5,90%, coklat biji naik 2,38%, kapuk 2,07% dan kopi biji kering naik 0,91%. Sub sektor tanaman pangan turun 0,57% dari 108,67 menjadi 108,05. Komoditas utama yang menyebabkan sektor ini adalah turunnya gabah kering giling 2,57% dan ketela pohon turun 0,09%. Sedangkan komoditas yang menghambat turunnya karena naiknya harga kacang hijau 8,98%, jagung pipilan 2,40%, kacang tanah 1,75%, kacang kedelai dan ketela rambat naik 0,07%. Sementara indeks harga yang dibayar petani terdiri dari dua golongan, yakni konsumsi rumah tangga dan biaya produksi. Untuk kelompok konsumsi rumah tangga dibagi menjadi sub kelompok makanan dan non makanan. Pada Maret 2009 harga yang dibayar petani naik sebesar 0,55% dibanding bulan sebelumnya, yakni dari 119,31 menjadi 119,96. Kenaikan ini disebabkan naiknya indeks harga biaya produksi dan konsumsi rumahtangga. Biaya produksi dan pembentukan barang modal indeks harganya naik 0,23% dari 117,17 naik menjadi 117,44 Kenaikan kelompok ini disebabkan naiknya sub sewa lahan dan pajak naik 0,57%, sewa lahan, pajak dan lainnya naik 0,47%, transportasi naik 0,25%, bibit tanaman naik 0,24% dan upah mburuh tani naik 0,22%. Sedangkan obat-obatan dan pupuk tanaman turun 0,33%.Indeks harga konsumsi rumah tangga pada triwulan pertama 2009 juga naik 0,63% dari 119,92 menjadi 120,67. Kenaikan tersebut disebabkan naiknya sub sektor makanan jadi 1%, sandang 0,77%, kesehatan 0,26%, pendidikan, rekreasi dan olahraga naik 0,25%, Sementara sub sektor yang menghambat kenaikan tersebut adalah turunnya perumahan 0,47% dan transportasi komunikasi turun 0,15% Jika dilihat komoditasnya, lima komoditas konsumsi rumahtangga petani naik terbesar yakni komoditi cabe rawit 26,4%, kol/kubis14,75%, bawang merah 12,42%, 10,54% dan nangka muda 9,20%, yang menghambat turunnya harga wortel 8%, ikan tongkol 7,28%, kelapa tua 4,34%, kentang 3,66% dan minyak tanah turun 3,05%.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait