Kamis, 25 April 2024

DPRD JATIM BERHARAP PENDERITA DB MENURUN

Diunggah pada : 27 Maret 2009 16:10:22 7
thumb

Komisi E DPRD Jawa Timur berharap pada 2009 jumlah penderita Demam Berdarah (DB) menurun. Saat ini, masih banyak masyarakat yang terjangkit khususnya masyarakat menengah ke bawah. Untuk itu, masyarakat perlu diberi pengetahuan akan gejala-gejalanya dan cara memberantas nyamuk. Anggota Komisi E (Bidang kesra), Rivo Hernandus SH MHum saat dihubungi, Jumat (27/3) menegaskan, meski jumlah penderita sudah menurun jika dibandingkan dengan tahun sebelumnya, namun ia berharap agar DB lebih diminimalisasi atau diberantas. Masyarakat perlu disosialisasi tentang bahaya DB. Dengan sosialisasi, masyarakat akan mengetahui gejala dini dan mengubah pola hidupnya mulai dari menjaga kebersihan rumah maupun lingkungan sekitarnya. Ia mengungkapkan, daerah yang padat penduduk akan rentan menimbulkan sarang nyamuk. Hal itu karena kurangnya pemahaman kebersihan terhadap lingkungan. Menurutnya, secara epidomologis di beberapa wilayah Jatim masih terlihat kumuh, sehingga nyamuk mudah berkembang biak. Terhadap daerah yang banyak sarang nyamuk bisa dilakukan dengan fogging (penyemprotan). Karena dengan fogging nyamuk tidak akan berkembang biak. Kepala Lembaga Penyakit Tropis Universitas Airlangga (Unair), dr Nasronudin MD PhD menjelaskan, demam berdarah (DB) merupakan penyakit infeksi yang endemis di daerah tropis seperti Indonesia. Sebelumnya, penyakit DB banyak menyerang anak-anak, namun saat ini banyak menyerang orang dewasa, sehingga banyak kematian akibat DB. Nasronudin menerangkan, yang dapat mengakibatkan kematian penderita yakni perdarahan otak, kelumpuhan otot dan syaraf jantung, shok akibat perpindahan plasma maupun perdarahan-perdarahan Menurutnya, orang yang mengalami pendarahan otak biasanya ditandai dengan gejala, seperti sakit kepala berat disertai muntuh-muntah yang tidak kunjung berhenti, penderita nampak sakit berat, dan kejang-kejang Selain itu, Miokarditis (gangguan sistem konduksi jantung) ditandai dengan gejala-gejala, misalnya penderita tampak lemah, nyeri dada, terasa ampek didada kiri, nafas sesak tersengal-sengal, bibir, mulut, cuping hidung, ujung-ujung jari tangan dan kaki nampak pucat-kebiruan. Shok akibat perdarahan-perdarahan atau perpindahan plasma, gejalanya yakni penderita nampak sangat lemah, pucat, tubuh terutama ujung-ujung jari dan tangan teraba dingin, denyut nadi cepat dan teraba sangat kecil, bila diukur tekanan darah rendah. Bila perdarahannya nyata mudah diketahui, bila perdarahan di dalam tubuh dan tidak nampak dari luar sulit diketahui. Ia menegaskan, pengobatan dirumah sakit dapat dilakukan dengan cara memberikan cairan infus yang cukup dengan perhitungan volume cairan yang agak kuat dan tepat serta perlu memperhitungkan saat kembalinya cairan yang pindah. sehingga jumlah cairan perlu dikurangi agar tidak berlebihan. Pemberian nutrisi tinggi kalori-protein dan penurun panas (seperti kompres dan obat parasetamol). Sementara untuk mengatasi shok dapat dilakukan dengan memberi cairan perinfus dan cairan kristaloid. namun, apabila penderita masih shok segera memberi cairan koloid. Masyarakat juga bisa melakukan perawatan di rumah sendiri apabila kondisi penderita belum parah, seperti minum yang cukup, diselingi minuman sari buah-buahan (tidak harus jus jambu). Penderita diupayakan mau makan dan istirahat yang cukup. Selama panas (suhu 380 C atau lebih) dapat dikompres dingin, diberi obat penurun panas, misalnya parasetamol dengan takaran 10 mg/kg berat badan/ kali dapat diberikan 4-5 kali perhari (tablet berisi 500 mg/tablet, syrup 125 mg/sendok obat) Dia menegaskan, pemerintah, dokter, serta tenaga kesehatan terus memaksimalkan untuk proses pencegahan, penanggulangan dan pengobatan DB. Seperti halnya dengan upaya melakukan pengasapan atau fogging di berbagai daerah. Pada penyemprotan ini, obat nyamuk dicampur dengan solar dengan tekanan tinggi terbentuklah butir-butir berbentuk asap dan nyamuk yang terkena butiran tersebut akan mati. Pada saat penyemprotan tersebut, pintu dan jendela rumah dibuka sehingga asap dapat mencapai setiap bagian sudut kamar. Memberikan penyuluhan yang tepat kepada masyarakat seperti program gerakan 3 M, yakni menguras (tandon air, bak mandi) dan melakukan abatesasi (obat pembasmi jentik nyamuk ditaburkan ke bak mandi 2-3 bulan sekali. 1 gram abate untuk kira-kira 10 liter air), mengubur barang bekas yang tidak digunakan, menutup seminggu sekali. Dengan 3 M nyamuk tidak bisa berkembang biak, karena proses dari telor hingga menjadi nyamuk perlu waktu rata-rata seminggu. Menyediakan sarana pengobatan gratis atau murah. Berdasarkan data dari Dinkes Jatim, jumlah DB tahun 2007 (Februari) sekitar 4.149 penderita dan Desember 2007 menurun menjadi sekitar 1.769 penderita, sedangkan Februari 2008 sekitar 3.766 penderita. Pada Desember 2008 menurun menjadi sekitar 1.179 penderita. Pada Januari 2009 DB mengalami penurunan drastis yakni sekitar 2.000 penderita dan Februari 2009 menurun lagi menjadi 1.000 penderita.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait