Sabtu, 20 April 2024

KOTA MALANG, PEMAKAI GARAM BERYODIUM MENURUN

Diunggah pada : 20 Januari 2009 12:18:13 59
thumb

Pemakaian garam beryodium oleh masyarakat Kota malang menurun dari tahun lalu. Dibanding tahun 2007, tingkat pemakaian sebanyak 73,68%, sedangkan tahun 2008 sekitar 50,24%. Kepala Seksi Gizi Dinas Kesehatan Kota Malang, Tomi Sukarno dihubungi Selasa (20/1) mengatakan, Kota malang merupakan daerah endemis sedang penyakit gondok akibat kurangnya pemakaian garam beryodium. Berdasarkan hasil pantauan dari 57 sekolah di Kota Malang yang telah dilakukan dengan cara siswa-siswa sekolah dasar diberi tugas untuk membawa garam dari rumahnya, ternyata sebagian besar garam yang dibawa, kandungan yodiumnya kurang dari standar Depkes. “Memang aturan bakunya tidak ada, karena garam yang masuk ke Kota Malang bisa dari mana saja, sehingga kita tidak bisa memilih ataupun memberikan sanksi bagi konsumen yang menjual garam yang kurang memenuhi standar yodiumnya,” tambahnya. Untuk mengantisipasi menurunnya tingkat pemakaian garam, pemerintah telah memberi penyuluhan pada masyarakat agar lebih sadar akan pentingnya mengkonsumsi garam beryodium. “Melalui kegiatan posyandu pemerintah juga telah menyosialisasikan pemakaian garam beryodium dengan cara pembagian garam gratis,” katanya.Seperti diketahui, kondisi Kota Malang yang secara geografis berada di wilayah pegunungan, ternyata menjadikan daerah ini sebagai daerah endemi penyakit gondok dengan kategori sedang, karena makanan yang dikonsumsi masyarakatnya kekurangan yodium. Dampak dari daerah endemis sedang penyakit gondok, antara lain orang menjadi cebol atau tubuhnya tidak bisa mengalami pertumbuhan secara normal, kecerdasan rendah, keterbelakangan mental, keguguran, dan mengganggu nilai estetika karena benjolan pada leher. Status sebagai kota endemi sedang penyakit gondok ini, diketahui dari hasil tes untuk mengetahui kandungan yodium, ternyata Kota Malang masuk kategori endemi sedang penyakit gondok, yang diakibatkan oleh kurangnya pemakaian garam beryodium.Berdasarkan pemantauan garam beryodium di tingkat masyarakat Kota Malang yang dilaksanakan oleh Dinkes Kota Malang tahun 2006, ditemukan warga di 22 kelurahan rawan terserang penyakit gondok. Kelurahan tersebut tersebar di lima kecamatan, antara lain Kecamatan Klojen (Kelurahan Kasin dan Rampalcelaket), Kecamatan Blimbing (Kelurahan Pandanwangi, Arjosari, dan Polowijen), Kecamatan Kedungkandang (Kelurahan Kedungkandang, Wonokoyo, Buring, Madyopuro, Cemorokandang, Mergosono, dan Tlogowaru). Selain itu, Kecamatan Sukun (Kelurahan Bandungrejosari, Tanjungrejo, Sukun, Mulyorejo), serta di Kecamatan Lowokwaru (Kelurahan Sumbersari, Tunggul Wulung, Tlogomas, Tasikmadu, dan Mojolangu).Sementara hasil survei prevalensi gondok Kota Malang pada 2002, dari 18.757 anak usia sekolah yang diperiksa, sebanyak 26,68% di antaranya ditemukan mengalami kekuarangan yodium. Kekuarangan yodium disebabkan asupan pada tubuh kurang atau karena adanya faktor penghalang. Asupan yodium di tubuh kurang karena cara pengolahan makanan yang salah. Misalnya, sebelum dimasak, garam yang sebenarnya sudah beryodium ditaruh di tempat terbuka secara sembarangan, sehingga yodiumnya menguap, atau yodium rusak karena dimasak terlalu panas. Selain itu, faktor penghalang yang bisa menghambat penyerapan yodium oleh tubuh, antara lain adanya penumpukan nitrat dalam tubuh. Nitrat itu berasal dari sisa pestisida atau dari air yang sumbernya dipakai untuk penambangan, serta konsumsi makanan yang bersifat menghambat yodium, seperti kubis dan ketela pohon.

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait