Sabtu, 20 April 2024

Tanggapi Maraknya Kasus Teror, Gus Ipul dan Khofifah Minta Masyarakat Bisa Menahan Diri

Diunggah pada : 22 Februari 2018 8:39:00 11

Jatim Newsroom - Maraknya kasus penyerangan dan penganiayaan pada ulama yang menimbulkan keresahan di tengah masyarakat, mendapat tanggapan dari Cagub Jatim. Cagub Jatim Calon Gubernur Khofifah Indar Parawansa berharap masyarakat Jawa Timur mampu menahan diri dan terprovokasi aksi anarkis. Cagub Saifullah Yusuf juga meminta warga Jatim jangan mudah berspekulasi terhadap kasus teror dan kekerasan terhadap tokoh.

Menurut Gus Ipul, warga Jatim jangan mudah berspekulasi terhadap kasus teror dan kekerasan terhadap tokoh dan pemuka agama maupun tempat-tempat ibadah yang akhir-akhir ini mulai marak terjadi di Jatim. “Sebaiknya kita serahkan saja kepada kepolisian. Cuma masyarakat perlu jawaban supaya masyarakat tak berspekulasi dan bertanya-tanya. Saya percaya polisi bisa segera mengusut kasus ini,” tegasnya.

Soal adanya kabar bahwa pembuat onar itu merupakan orang-orang suruhan, Gus Ipul berharap polisi segera mengecek kepastiannya. “Kalau benar-benar disuruh, ya memprihatinkan. Tapi kalau orang gila ya harus dibawa ke rumah sakit jiwa. Kita lihat saja seperti apa dan serahkan saja ke polisi,” pintanya.

Diakui Gus Ipul, kabar adanya teror terhadap sejumlah tokoh agama dan ulama pondok pesantren di Jatim itu mulai menyebar secara pelan-pelan ke berbagai pihak, kemudian muncul spekulasi-spekulasi. “Tapi saya masih percaya polisi bisa mengusut dan memastikan sebenarnya yang terjadi itu seperti apa,” tambahnya.

Sementara itu, Calon Gubernur Khofifah, masyarakat Jawa Timur harus mampu menahan diri, tidak terpancing, dan terprovokasi aksi anarkis yang ingin memecah belah persatuan dan kesatuan. "Saya yakin, orang Jawa Timur lebih dewasa dalam memandang sebuah persoalan dan lebih mengedepankan prinsip klarifikasi atau tabbayun," ujarnya.

Baginya, perpecahan di Jawa Timur akan sangat mahal harganya, karena akan merusak seluruh sendi tatanan kehidupan masyarakat yang sejak dulu terkenal guyub dan rukun. Iamenyesalkan maraknya teror kasus penganiayaan ulama dan penyerangan tempat ibadah oleh orang tak dikenal. "Polisi harus mengusut tuntas insiden penyerangan ini. Pelaku dan dalangnya harus ditangkap agar isunya tidak berkembang ke SARA," ungkapnya.

Ia berharap, dengan ditangkapnya pelaku penganiayaan dan perusakan tempat ibadah maka akan diketahui pula modus utama aksi tersebut. Apakah kriminal murni ataukah ada unsur dan tujuan lain. Jangan sampai, isu ini  meluas lantaran sangat rawan dipolitisasi. Terlebih tahun 2018 dan 2019 adalah tahun politik dimana secara berurutan berlangsung pilkada serentak, pemilihan legislatif, dan pemilihan presiden. (hjr, jal/p)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait