Jumat, 19 April 2024

Optimistis Bisa Mandiri Alutsista

Diunggah pada : 31 Oktober 2016 12:56:35 78

Melihat potensi dan kemampuan yang dimiliki anak bangsa, Presiden Joko Widodo (Jokowi) optimistis di masa mendatang Indonesia bisa mandiri dalam pengadaan Alat Utama Sistem Persenjataan (Alutsista).

Pernyataan itu disampaikan Presiden Jokowi di Geladak KRI Banjarmasin-592, setelah menyaksikan latihan tempur Armada Jaya XXXIV/2016 yang digelar di Laut Jawa, utara Madura. “Indonesia pasti mampu memproduksi senjata strategis dalam upayanya mewujudkan kemandirian Alutsista,” katanya.

Jokowi menilai senjata strategis buatan negara lain yang saat ini dimiliki Indonesia diharapkan dapat dipelajari untuk kemudian dikembangkan sehingga selanjutnya Indonesia bisa memproduksinya sendiri.

"Kita akan berupaya membuat semua senjata-senjata strategis. Jika sekarang kita harus beli senjata, ya kita beli, tapi jangan berhenti dari situ saja. Kita bisa pelajari untuk diproduksi di dalam negeri untuk mewujudkan kemandirian Alutsista," ujarnya.

Sebagai panglima tertinggi Tentara Nasional Indonesia (TNI) saat berlangsung latihan Armada Jaya XXXIV 2016 lalu, presiden menyaksikan latihan di Geladak Isyarat KRI Banjarmasin-592 yang sedang berada di Laut Jawa. Presiden didampingi Panglima TNI Jenderal TNI Gatot Nurmantyo, Menteri Sekretaris Negara Pratikno, Gubernur Soekarwo, dan KSAL Laksmana TNI Ade Supandi.

Latihan sekitar 60 menit itu mempertontonkan sejumlah atraksi dan demo keterampilan pasukan TNI Angkatan Laut. Salah satunya peluncuran roket anti kapal selam jenis RBU 6000 dari empat KRI, yakni Kapal Kujang, Kapal Layang, Kapal Clurit, dan Kapal Ajax.

            Juga uji coba senjata strategis milik TNI AL berupa peluru kendali C-705 dan Torpedo ‘Surface and Underwater Torpedo’ (SUT) dengan sasaran KRI Karimata 960 dan memberikan aba-aba untuk penembakan peluru kendali. Latihan digelar untuk mengukur kemampuan prajurit dan kekuatan operasional dan keterpaduan Sistem Senjata Armada Terpadu (SSAT) dalam mendukung operasi gabungan TNI. Latihan melibatkan 39 unsur kapal perang berbagai jenis, 8 pesawat udara, dan 1.700-an pasukan pendarat. Sebanyak 7.500 personel dilibatkan dalam latihan puncak Angkatan Laut ini.

 

Dipesan Luar Negeri

Indonesia sebenarnya memiliki banyak kemajuan besar di bidang militer. Saat ini pengembangan produksi persenjataan bukan hanya untuk memperkuat pertahanan serta ketahanan nasional. Senjata buatan Indonesia banyak yang diminati negara lain. Seperti kepala Roket 'Smoke Warhead' yang diekspor ke Cile.

            Smoke Warhead buatan salah satu perusahaan di Jawa Timur. Kepala roket ini diakui mengalahkan produk serupa buatan pabrikan sejumlah negara maju seperti Amerika dan Rusia. Kepala roket ini mempunyai diameter 70 mm untuk memenuhi kebutuhan roket pasangan pesawat semacam Super Tucano.

            Pesawat CN 235-MPA PT Dirgantara Indonesia yang diekspor ke Korea Selatan (Korsel). Pesawat CN 235 tipe Maritime Patrol Aircraft (MPA) juga diminati negara lain.

Pada 2011-2012 lalu, PT DI memenuhi permintaan Korsel yang memesan empat pesawat itu melewati kontrak yang ditandatangani pada 2008 dengan nilai total USD 94,5 juta. Pesawat modifikasi dari CN-235 itu, tepat untuk patroli perairan di samping dapat dimanfaatkan untuk angkutan personel. PT DI juga mengekspor pesawat CN 235 tipe pesawat angkut militer VIP ke Senegal, Afrika.

CN-235 MPA Versi Patroli Maritim, dibekali dengan sistem navigasi, komunikasi serta misi (mulai mendekati fase operasional serta hadir dalam Singapore Airshow 2008). Pada Desember 2009 diumumkan bahwa TNI AL membeli 3 unit CN-235 MPA sebagai tahap dari rencana mempunyai 6 buah pesawat MPA hingga tahun 2014.

            Pesawat CN-235 MPA memakai sistem Thales AMASCOS, radar pencari Thales/EADS Ocean Master Mk II, penjejak panas (thermal imaging) dari Thales, Elettronica ALR 733 radar warning receiver, serta CAE's AN/ASQ-508 magnetic anomaly detection system. Pesawat ini juga bakal mengakomodasi Rudal Exocet MBDA AM-39 alias torpedo ringan Raytheon Mk 46.

            Negara tetangga Timor Leste juga memesan Fast Patrol Boat buatan PT PAL pada 2011 lalu. Timor Leste memesan dua kapal patroli cepat senilai USD 40 juta untuk melindungi wilayah teritorial Timor Leste.

Kapal patroli cepat ini mempunyai kecepatan maksimum 30 Knot, meskipun saat official trial dapat mencapai 33 Knot. Konstruksi lambung serta anjungan kapalnya dibangun dari bahan alumunium yang sanggup menahan gelombang tinggi serta lincah bermanuver.

Kapal ini mempunyai dua baling-baling serta dibekali Radar NavNet yang sanggup mengintegrasikan data peralatan sistem navigasi serta komunikasi semacam echo sounder, speed log serta GPS ke dalam peta elektronik serta sistem radar.

PT PAL Indonesia (Persero) juga memproduksi kapal jenis Strategic Sealift Vessel (SSV) dan kapal Kapal Guided Missile Frigate (PKR-105). Dua kapal tersebut adalah kapal perang ekspor perdana dan kapal perang teknologi canggih pertama produksi PT PAL.

Dua jenis kapal perang ini merupakan kebanggaan bangsa Indonesia karena memiliki kelebihan dalam bertempur sehingga diminati negara tetangga. Pesanan  jenis kapal SSV oleh Kementerian Pertahanan Filipina serta Kapal PKR-105 oleh Kementerian Pertahanan (Kemenhan) Republik Indonesia.

Direktur Utama PT PAL Indonesia M Firmansyah Arifin mengatakan, dalam proses penggarapan Kapal SSV kedua, PAL Indonesia mampu menyelesaikan lebih cepat tiga bulan dari target yang ditentukan dan rencananya secara resmi diseraterimakan kepada Filipina pada Maret 2017. Sementara untuk Kapal PKR 105 merupakan penugasan dari Kementerian Pertahanan RI dalam memperkuat keberadaan alutista, dan rencananya akan resmi diserahterimakan pada Oktober 2017.

"Kapal SSV 2 ini kami peroleh dari proyek tender internasional, dan bersaing dengan beberapa negara. Setelah diluncurkan, Kapal PKR 105 akan menjalani penyempurnaan dan akan secara resmi diserahterimakan pada Oktober 2017," terangnya.

Firmansyah menjelaskan, Kapal Perang PKR 105 adalah hasil kerja sama alih teknologi antara PT PAL Indonesia dengan perusahaan kapal Belanda Damen Schelde Naval Shipbuilding (DSNS) serta telah diuji coba pada 7 September 2016.

Dalam proses pengerjaan PKR 105, jelasnya, PT PAL Indonesia dan DSNS menggunakan sistem modular, dan setiap kapal terdiri dari 6 modul, dengan perakitan terakhir dilakukan di Indonesia. Kapal jenis Frigate itu didesain untuk berbagai tipe peperangan di antaranya untuk peperangan darat, udara, atas air dan bawah air, serta dilengkapi pengamanan kemaritiman, SAR, dan misi Kemanusian.

Sedangkan, Kapal SSV-2 pesanan Filipina merupakan hasil alih teknologi yang telah dikerjakan PAL Indonesia saat melakukan pembangunan kapal Landing Platform Dock (LPD) 125 Meter. "SSV Kedua yang diluncurkan ini merupakan hasil pengembangan yang dilakukan Insan PAL Indonesia setelah sebelumnya SSV Pertama dengan nama BRP Tarlac 601 telah dikirimkan ke Filipina pada Mei 2016," katanya.

Lebih lanjut dia mengatakan, kapal perang ekspor perdana pesanan Kementerian Pertahanan Filipina ini menjadi bukti dan saksi kebanggan bangsa, karena melalui penguasaan desain dan teknologi perkapalan, PT PAL Indonesia turut andil dalam mendukung program poros maritim serta pemenuhan kebutuhan keamanan kemaritiman nasional.

Sementara itu, Direktur PT PAL Indonesia (Persero) Turitan Indaryo mengatakan, mahakarya buatan putra putri bangsa yakni Kapal Perang Perusak Kawal Rudal (PKR) dan Kapal Perang Strategic Sealift Vessel (SSV) tidak hanya membuat PT PAL Indonesia (Persero) bangga, namun juga turut mengharumkan nama Indonesia di mata Dunia.

Kedua kapal tersebut memiliki banyak keunggulan dan dilengkapi dengan teknologi canggih masa kini. Kapal PKR yang merupakan hasil kerjasama antara PT PAL INDONESIA (Persero) dengan DSNS Belanda, berkemampuan dapat menghadapi peperangan dipermukaan air, bawah permukaan air, udara, serta elektronika. Sedangkan Kapal SSV yang merupakan kapal ekspor perdana Indonesia berfungsi sebagai kapal angkut pendukung pasukan, kendaraan tempur, distribusi kebutuhan, serta  sebagai rumah sakit apung saat terjadi peperangan.

Berikut spesifikasi umum PKR 105, memiliki Panjang = 105,11 meter, Lebar = 14,02 meter, Sarat Air = 3,7 meter, Bobot = 2.365 ton, Jarak = 5.000 nM, Daya Angkut = 100 + 20 Orang, Kecepatan max = 28 Knots, Klas = Llyod Register.

Sementara itu, spesifikasi umum SSV memiliki Panjang = 123,0 meter, Lebar = 21,8 meter, Sarat Air = 5 meter, Bobot = 7.200 ton, Jarak = 9.360 nM, Daya Angkut = 621 Orang, Kecepatan max = 16 Knots, Klas = Llyod Register.

 

 

Panser Anoa Pindad Diminati

 

            Selanjutnya PT Perindustrian Angkatan Darat (Pindad) juga memasok keperluan peluru TNI-Polri. Peluru buatan Pindad antara lain berkaliber 5,56 mm, 7,62 mm serta 9 mm. Tidak hanya untuk TNI-Polri, peluru juga diekspor antara lain ke Singapura, Filipina, Bangladesh, dan Amerika Serikat (AS). Singapura telah memesan 10 juta peluru.

Peluru buatan Pindad telah melewati uji kelayakan badan internasional, semacam semua produk Divisi Amunisi yang telah lulus pengujian standar NATO. Telah memperoleh sertifikat ISO 9001 dari SGS Yearsly-International Certification Services Ltd, Inggris pada tahun 1994.

Salah satu yang menjadi andalan PT Pindad adalah Panser Anoa. Alutsista ini paling laris dipasarkan. Pada 2008, TNI memesan 154 buah Panser Anoa beberapa tipe. Untuk tahun 2011 TNI memesan 11 Panser Anoa tipe APC serta tahun 2012 TNI memesan 61 unit.

Panser Anoa juga diminati negara asing, di antaranya Kerajaan Oman. Panser bermesin Renault ini terbukti telah teruji di negara-negara gurun semacam Libanon saat dipakai pasukan PBB. Nilainya sesuai dengan standar NATO pada level III alias level yang tingkat ketahanannya lebih baik dari level II yang diproduksi di China serta India.

            Belum lama ini, Pindad mengeluarkan Panser Anoa tipe baru. Anoa spesies baru ini mengusung Kanon kaliber 20 mm serta berjenis berjenis IFV (Infantry Fighting Vehicle). Panser ini ditampilan untuk mengantisipasi keperluan Batalyon Infantri Mekanis.

            Dengan demikian, Panser Kanon 90 mm nantinya dikonsentrasikan untuk Batalyon Kavaleri, sementara Panser Kanon 20 mm untuk batalyon. Bukan  hanya mengusung senjata mutlak kaliber 20 mm, Panser tipe ini juga sanggup menyandang senapan mesin sedang kaliber 7,62 mm serta sanggup menampung lima orang, yang terdiri dari tiga kru Ranpur serta dua personel pasukan.

Selain Panser Anoa, sejumlah senjata buatan Pindad juga dipesan negara lain. PT Pindad sanggup memproduksi beberapa tipe senjata antara lain tipe senapan serbu (SSI-VI, SS2-V2, SS1-V3, SS1-V5), Senapan sniper (SPR-1) pistol (P-1, P-2), revolver (R1-V1, R1-V2, RG-1 (tiper A), RG-1 (tipe c), senapan sabhara/polisi (Sabhara V1 and Sabhara V2), senjata penjaga hutan, pistol profesional magnum, peluncur granat, serta pelindung tubuh (personal body protection).

            Senapan serbu SS-2 adalah produk langganan negara-negara Afrika semacam Zimbabwe, Mozambik, serta Nigeria. Bukan  hanya itu, Thailand serta Singapura juga kerap memesan senjata tersebut.(hjr,ris)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait