Jumat, 29 Maret 2024

Mendikbud Apresiasi UNBK Jatim

Diunggah pada : 26 April 2016 13:15:32 6

Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud), Anies Baswedan mengapresiasi penyelenggaraan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK) yang dilaksanakan di Jawa Timur. Anies menilai, secara umum Jatim berhasil  menyelenggarakan UNBK dengan aman dan lancar.

“Saya ingin melihat langsung dari dekat, dan mengapresiasi apa yang sudah dilakukan masyarakat Surabaya dan Jawa Timur. Ini salah satu contoh persiapan penyelenggaraan yang cukup baik,” kata Mendikbud saat jumpa pers usai meninjau UNBK hari pertama di SMA Hang Tuah 1 Surabaya, Senin (4/4).

Ia menjelaskan,sekolah yang menyelenggarakan UNBK secara mandiri, berarti telah memenuhi semua persyaratan yang telah ditetapkan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (Kemendikbud) dalam penyelenggaraan UNBK dan bisa mengadakan UNBK di sekolahnya. Sedangkan bagi sekolah yang belum memenuhi persyaratan sarana dan prasarana untuk UNBK, lokasi ujiannya bergabung dengan sekolah lain yang telah memenuhi persyaratan.

UNBK tahun inidinilainya  lebih menghemat waktu dan sangat efisien. Sejumlah sekolah sudah tidak lagi mengeluhkan keterlambatan soal. Selain itu, UNBK juga bisa lebih interaktif dengan siswa. “Penyelenggaraannya lebih sederhana namun efisien. Dengan komputer siswa lebih interaktif. Karena soal bisa berupa gambar, bisa video. Ke depan pelaksanaan UNBK akan terus ditingkatkan lagi,” katanya.

Mendikbud akan mengupayakan pelaksanaan ujian nasional dilakukan dengan berbasis komputer merata di seluruh Indonesia. Sejumlah manfaat yang dapat diperoleh dari UNBK adalah lebih banyak variasi soal sehingga kemampuan siswa benar-benar teruji. Selain itu, UNBK jelas mengurangi potensi kecurangan seperti isu-isu kunci jawaban dan kebocoran soal.

Gubernur Jawa Timur, Soekarwo mengungkapkan,dari 38 kota/kabupaten di Jatim, ada dua kabupaten yang belum menggunakan UNBK. Dua kabupaten tersebut Sampang dan Bangkalan. “Tetapi dari prosentase jumlah keseluruhan peserta UNBK, 28 persen atau 281 ribu peserta berasal dari Jatim,” katanya.

Gubernur yang akrab disapa Pakde Karwoitu berjanji berupaya agar UNBK bisa dilaksanakan di semua kota/kabupaten di Jatim. Sayangnya, upaya tersebut masih terhalang terbatasnya infrastruktur. Salah satu masalahnyakendala aliran listrik. Hingga kini baru 61  persen wilayah Madura yang teraliri listrik.

Pakde menjamin dalam pelaksanaan UNBK di Jatim tidak akan ada jual beli jawaban dari bocoran soal ujian. “Kebocoran soal sekarang sudah tidak laku lagi. Jadi tidak ada jual beli, karena yang dikerjakan setiap orang berbeda dan tidak mbunderi (melingkari jawaban dengan pensil, red) lagi,”katanya.

 

Surabaya Pelopor    

Kota Surabaya menjadi pelopor pelaksanaan Ujian Nasional Berbasis Komputer (UNBK). Tahun ini seluruh SMA/MA/SMK di Kota Pahlawan telah menggunakan sistem itu.Kepala Dinas Pendidikan (DindikJawa Timur, Saiful Rachman menyebut tahun ini menjadi sejarah dalam pendidikan di Indonesia. Kali pertama, Kemendikbud menggelar UNBK secara serentak. Total SMA/MA/SMK di Surabaya mencapai 254 lembaga.

Rinciannya, 137 SMA dengan 18.043 siswa, 16 MA dengan 1.341 siswa kemudian 101 SMK dengan jumlah siswa mencapai 18.346 orang. Dari total 254 sekolah,hanya 9 sekolah yang menggabung dengan subrayon maupun sekolah terdekat. Artinya, 245 sekolah menggelar UNBK secara mandiri di sekolahnya.

Sekolah yang menggabung  adalah SMA Kemala Bhayangkara menggabung di SMPN 5 Surabaya, SMA Kusuma Negara di SMA Nur Hidayat, SMA Lil Wathon di SMAN 8 Surabaya, SMA Tri karya  di SMPN 20 Surabaya, MA Maittaqu di MA Amanatul  Ummah, MA Mashobrul Ma’arif  di MA Imam Syafi’i, SMK Puruhita Surabaya di SMKN 8 Surabaya, SMK AL Al Amin di SMK 10 Surabaya dan SMK terpadu yang menggabung di SMKN 8 Surabaya.

Secara nasional jumlah sekolah yang menyelenggarakan UNBK pada UN tahun ini meningkat drastis dibanding UN 2015 lalu. Pada UN 2015 hanya 554 sekolah, pada 2016 terdapat 4.381 sekolah.

 

Soal Braile

Tahun 2016, sebanyak 7,6 Juta pelajar di Indonesia mengikuti UN. Tak terkecuali Alfian Andhika Yudhistira, pelajar SMAN 8 Surabaya yang tergolong siswa berkebutuhan khusus atau inklusi. Pemerintah menyediakan soal braile untuk memfasilitasi siswa ini.

Mendikbud Anies Baswedan yang didampingi Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini mengunjungi peserta UN inklusi di SMAN 8 Surabaya, Senin (4/4) lalu. “Saya mencoba mengapresiasi siswa inklusi dalam pelaksanaan UN dengan menggunakan soal braile pada mata pelajaran Bahasa Indonesia dan Geografi di hari pertama,” kata Anies saat berbicara dengan Alfian.

Pada kesempatan itu Mendikbud memberikan kartu namanya kepada Alfian. “Ayo coba baca kartu nama ini. Dan sebutkan nomer teleponnya,” tutur Menteri akrab.

Kartu nama Anies itu memang menggunakan huruf braile. Alfian pun meraba kartu nama, lalu membaca alamat serta menyebutkan nomor telepon. Soal UNuntuk Alfian,siswa jurusan IPS,dicetak dengan huruf braile.Alfian mengaku hampir tidak ada kesulitan dalam mengerjakan soal. Siswa kelas XII-IPS 4 itu mengakui bahwa kepiawaiaannya membaca huruf braile terdorong semangatnyauntuk memahami sesuatu.

Alfian sering melakukan perjalanan ke luar kota bahkan ke luar negeri seorang diri. Semua itu melatih kemandirian dan tidak selalu bergantungpada orang lain.

Kota Surabaya pernah menerima penghargaan Inclusive Education Award pada tahun 2014 atas perhatiannya terhadap pendidikan inklusif. Selain di SMAN 8 Surabaya, pendidikan inklusif juga diterapkan di SMAN 10 Surabaya dan SMKN 8 Surabaya. (luk)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait