Jumat, 29 Maret 2024

Gunakan Aplikasi Karya Anak Bangsa

Diunggah pada : 4 Agustus 2016 15:39:13 438

Aplikasi media sosial semacam Facebook, Twitter, BBM, Line dan Whatsapp untuk menunjang aktivitas sehari-hari telah menjadi kebutuhan tak terpisahkan. Namun tahukah Anda, media sosial itu merupakan aplikasi global. Artinya setiap pesan, upload foto, update status, memberi komentar dan beragam aktivitas lainnya ada devisa negara yang dikirimkan ke luar negeri tempat server aplikasi berada.

Saat ini, ekosistem aplikasi lokal Indonesia sudah tumbuh dan berada dalam level kompetitif, khususnya menjawab persaingan dengan aplilkasi global. Sejumlah aplikasi lokal buatan anak bangsa berhasil menembus pasar dan layak pakai, meski kenyataannya jumlah pengguna belum benar-benar menggembirakan. Beberapa kategori aplikasi lokal tersebut yaitu permainan, komunikasi atau medsos, edukasi dan transportasi.

Tepat pada peringatan Kemerdekaan RI 17 Agustus tahun lalu, Google memperkenalkan dan mengapresiasi lima aplikasi lokal yang paling populer, ciptaan dan hasil pengembangan anak bangsa di Google Play. Diantaranya Qlue, Wisata Lokal, PicMix, Go-Jek,dan Traveloka

Lima aplikasi itu kreasi lokal dengan popularitas tertinggi di antara pengguna Android di Indonesia. Kreasi mereka membantu menunjukkan keragaman wisata dan budaya Tanah Air, memberi kemudahan bagi pengguna daring menjalani rutinitas dan mendapatkan bantuan transportasi.

 

Catfiz

Guru Besar Departemen Multimedia dan Jaringan, Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), Prof Mochamad Hariadi mengatakan, berdasarkan data terbaru yang dikeluarkan Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemenkominfo), kerugian negara sebanyak Rp 800 miliar setiap bulannya. Kerugian itu menjadi keprihatinan tersendiri bagi sesama anak bangsa.

“Sudah waktunya beralih pada aplikasi lokal, tidak ada ada kata terlambat. Karya anak bangsa sedang menunggu dukungan dari kita semua. Ini juga bagian dari wujud nasionalisme dan menghemat devisa negara, agar aplikasi lokal terus berkembang menjadi rujukan,” tuturnya pada Majalah Potensi, Kamis (14/7).

Fakta menarik lainnya, diungkapkan Prof Hariadi, adalah sepanjang tahun 2015, Youtube yang juga hadir dalam wujud aplikasi di Smartphone berhasil mendapatkan Rp 1,5 triliun dari iklan asal Indonesia. Ini menunjukkan aplikasi kini menjadi bisnis yang potensial untuk digeluti terutama mereka yang memiliki minat terhadap dunia teknologi berbasis aplikasi dan situs.

Menurutnya, kualitas aplikasi lokal tidak jauh berbeda dengan aplikasi global. Hanya saja, kehadiran aplikasi lokal tidak muncul dalam waktu yang tepat. Para pengguna smartphone terlanjur “nyaman”  menggunakan aplikasi global, sedangkan aplikasi lokal belum cukup populer di masyarakat. Untuk itu, diperlukan upaya bersama membangun kesadaran cinta dan menggunakan produk aplikasi dalam negeri.

Langkah menggelar kompetisi tingkat nasional, kata Hariadi, dapat menjadi alternatif yang bisa dilakukan Pemerintah untuk mendorong pemuda-pemudi Indonesia merancang aplikasi dengan kualitas Internasional. Publikasi juga patut mendapat perhatian supaya seluruh masyarakat mengenal. “Potensi karya anak bangsa luar biasa, namun memang kadang masih belum terwadahi secara maksimal,” ujarnya.

Optimisme pada aplikasi lokal perlu menjadi keyakinan bersama.Ia mencontohkan aplikasi lokal buatan arek Suroboyo bernama “Catfiz”. Aplikasi ini memungkinkan device android melakukan pengiriman pesan/chat dengan para pengguna Android. Bahkan Wikipedia melansir, saat ini  Catfiz sudah tersebar luas di 151 negara dan memiliki pengguna aktif berasal dari 73 negara.

Tak kalah dengan aplikasi  global lain, Catfiz menyediakan beragam fasilitas, diantaranya dapat berbagi file hingga 50 MB, memfasilitasi grup dengan anggota mencapai 2.000 orang dalam satu grup, komentar status yang memungkinkan pengguna bisa saling berkomentar di status pengguna lain, hingga fasilitas media sosial lain seperti repost, like/unlike dan quote. Fasilitas lainnya,berbagi file dalam bentuk dokumen, video, gambar, bahkan saling komen di status user.

“Ini bukti bahwa anak-anak kita bisa bersaing. Kualitas jelas tidak kalah, bahkan penggunanya juga berasal dari berbagai negara. Harapannya muncul Catfiz-Catfiz lain yang bisa menggeser popularitas dan jumlah pengguna aplikasi global,” tandasnya.

Dalam berbagai kesempatan,Menkominfo Rudiantara mengajak masyarakat Indonesia menggunakan aplikasi yang berjalan menggunakan jaringan internet operator telekomunikasi Over The Top (OTT) buatan Indonesia atau aplikasi lokal. Dalam rangka mendukung aplikasi buatan anak negeri, Rudiantara meminta masyarakat yang menggunakan aplikasi global kategori pesan singkat seperti WhatsApp, BBM, Line dan lain sebagainya juga menggunakan aplikasi buatan lokal. (luk)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait