Jumat, 19 April 2024

Batik Sinergikan Budaya dan Ekonomi

Diunggah pada : 31 Oktober 2016 11:10:27 616

Batik kini sudah menjadi ekspresi budaya sekaligus karya seni yang sarat akan cita rasa. Batik bukan hanya dikagumi oleh Indonesia namun juga menjadi warisan yang dipersembahkan untuk dunia.

Sejarah mencatat, 2 Oktober 2009 batik dicanangkan sebagai Warisan kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi atau Masterpieces of the Oral and Intagible Heritage of Humanity oleh UNESCO. Menurut Encyclopedia Britannica, Batik lahir dari budaya Indonesia pada tahun 1880. Kali pertama muncul adalah Batik Pekalongan. Dan kini, setiap 2 Oktober HARI Batik diperingati secara nasional.

Kerajinan Batik dianggap mempunyai nilai strategis karena bisa mensinergikan antara  dimensi perekonomian dan kebudayaan. Batik yang mempunyai nilai strategis ini diharapkan tetap terjaga dan dilestarikan sebagai pusaka budaya bangsa Indonesia.

Ketua Dewan Kerajinan Nasional Daerah (Dekranasda) Prov Jawa Timur, Hj Nina Kirana Soekarwo saat membuka Jawa Timur Membatik dalam Rangka Memperingati Hari Batik Nasional 2016 di Gedung Balai Pemuda Surabaya, mengatakan, Indonesia sebagai negara multi kultural memiliki kekayaan budaya yang besar dan beragam serta beraneka warna. Salah satu kekayaan budaya Indonesia yang diakui dunia internasional adalah batik.

“Tugas kita sebagai generasi penerus adalah mempertahankan, memelihara, menjaga dan melestarikan warisan budaya ini dari kepunahan,” tutur Nina.

 

Batik Jawa Timur

Di lingkungan pemerintah provisi se Indonesia, yang paling banyak memakai seragam dinas dengan batik dalam lima hari kerja adalah Jawa Timur. Karena dalam lima hari kerja tiga harinya memakai batik. Ini merupakan upaya untuk melestarikan dan menjaga warisan budaya batik. Penggunaan seragam dinas batik juga membuat perkembangan batik Jawa Timur cukup besar dan beraneka ragam.

Jawa Timur memiliki ragam batik yang multi, seperti batik mataraman, arek, dan batik madura. Batik Mataraman misalnya, memiliki keunggulan teknik pewarnaan sogan yang tinggi. Warna batik yang khas kuning kecoklatan ini diciptakan dengan teknik yang sulit ditiru. Menurut Ketua Pencinta Batik Indonesia Sekar Jagad, Larasati Suliantoro Sulaiman, warna sogan batik Mataraman memiliki nilai estetika yang sangat tinggi, dan sulit ditiru.

Sementara Batik Madura menggunakan pewarna alami sehingga warnanya cukup mencolok. Selain warna yang mencolok, seperti kuning, merah atau hijau, batik Madura juga memiliki perbendaharaan motif yang beragam. Misalnya, pucuk tombak, belah ketupat, dan rajut. Bahkan, ada sejumlah motif mengangkat aneka flora dan fauna yang ada dalam kehidupan sehari-hari masyarakat Madura.

Batik Jawa Timur telah menjadi primadona Indonesia dan dapat memberikan kontribusi pertumbuhan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). Setidaknya menyumbang PDRB sebesar 54,98 persen.Karena itu, Bude Karwo menganggap wajar bila para pengusaha maupun perajin batik dianggap sebagai pahlawan. "Mereka ini pahlawan pelestari jati diri bangsa," tandasnya.

Dalam kondisi perekonomian global saat ini yang terus turun, Jawa Timur tetap bertahan bahkan pertumbuhannya lebih baik dari pertumbuhan nasional. Karena didukung oleh UMKM yang berkontribusi lebih dari 50 persen pada PDRB dimana di dalamnya terdapat para perajin batik.

 

Memperingati Batik

Pada peringatan Hari Batik Nasional 2016 Jatim mengadakan kegiatan membatik bersama di gedung Balai Pemuda Surabaya yang diikuti sekitar 500 peserta dari berbagai daerah. Diharapkan kerajinan batik juga menjadi bagian dari masyarakat umum dan para pelajar.

Saat ini Pemerintah Provinsi Jawa Timur telah mempunyai kantor atase perdagangan di 26 provinsi di Indonesia. Di kantor perwakilan dagang inilah pemerintah membantu perajin batik untuk memperkenalkan dan memasarkan hasil kerajinannya. Sampai dengan Oktober 2016, sudah delapan kali batik Jawa Timur dipamerkan diperwakilan dagang di 26 provinsi di Indonesia. Sementara di luar negeri batik Jawa Timur sudah dikenalkan di Thailand, Jepang dan Inggris serta di Swiss.

Asosiasi Pengrajin Batik Jawa Timur (APBJ), Putu Sulistiyani, mengatakan Jawa Timur adalah salah satu wilayah dengan potensi wisata batik di Indonesia yang luar biasa. Batik Jawa Timur mempunyai corak ragam yang berani dan merata di 38 kabupaten/kota.Ia mengajak masyarakat untuk selalu mengenakan batik. Juga belajar membatik mulai sejak dini.  (ryo)

 

 

 

Asal Usul Batik Indonesia

 

Jika dilihat dari sejarah asal usulnya, batik bermula sekitar abad ke-17 Masehi. Pada masa itu perkembangan batik belum terlalu signifikan, karena pembuatan corak batik ditulisukiskan pada daun lontar dan papan rumah adat Jawa, belum dituliskan pada sebuah kain yang bisa dilihat saat sekarang.

Pada awalnya pola atau motif batik pada waktu itu hanya didominasi oleh gambar tanaman atau binatang. Para pengrajin corak batik juga masih sangat terbatas jumlahnya belum semodern seperti saat ini. Mereka pada jaman dahulu hanya membuat corak batik sebagai wujud pelampiasan hasrat seni dan keisengan yang dilakukan untuk mengisi waktu luang.

Pada perkembangannya semakin waktu ke waktu asal usul batik mulai menarik perhatian pembesar kerajaan Majapahit. Motif-motif abstrak, motif candi, awan, wayang beber, dan lain sebagainya mulai dikembangkan pada masa itu. Penulisan batik pun mulai ditujukan pada media yang berbeda. Kain putih atau kain-kain berwarna terang menjadi pilihan utama karena dianggap lebih tahan lama dan bisa digunakan untuk pemanfaatan yang lebih banyak dan kepopuleran kain batik semakin lama semakin berkembang.

Pada waktu itu pembesar-pembesar kerajaan Majapahit, Mataram, Demak, dan kerajaan-kerajaan setelahnya, menjadikan kain batik sebagai simbol budaya. Khusus pada masa pengaruh Islam, motif batik yang berwujud binatang ditiadakan. Penggunaan motif ini dianggap menyalahi syariat Islam sehingga tidak diperkenankan kecuali dengan menyamarkannya menggunakan lukisan-lukisan lain.

Terkait yang berhubungan langsung dengan teknik pembuatannya, pada masa itu batik tulis merupakan satu-satunya teknik yang populer digunakan. Dalam proses pengerjaannya, pewarnaan pun masih menggunakan bahan pewarna alami yang dibuat dari sendiri menggunakan tanaman-tanaman seperti daun jati, tinggi, mengkudu, pohon nila, dan soga.

            Sedangkan untuk bahan sodanya, para pembatik masa itu menggunakan soda abu dan tanah lumpur. Penggunaan kain batik yang sebelumnya hanya terbatas di lingkungan keraton, lambat laun mulai dikembangkan oleh rakyat jelata. Hal ini membuat corak batik kian beragam sesuai dengan minat dan jiwa seni para pembuatnya yang dituangkan dalam sebuah lukisan di kain.

Perkembangan batik juga tak lepas dari perkembangan teknologi. Pada masa sebelumnya teknik batik tulis menjadi satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk membuat motif batik. Setelah Perang Dunia I, teknik batik cap dan batik printing pun mulai dikenal luas. Karena kedua teknik batik ini dianggap sebagai teknik pembatikan yang sangat efisien dan tidak memakan banyak waktu seperti batik tulis, meskipun secara kualitas dinilai kurang memiliki nilai estetis.(ryo)

Berita Terkait

Tidak ada berita terkait